Artikel

10 Feb 2011
Aku Ingin Menjadi Istrimu (Asma Nadia)

 












 "Bang, aku ingin menjadi istrimu," pintaku pelan.
          Tapi lelaki, tempat cintaku berlabuh setahun ini, bagai tak mendengar. Ia terjerat hari-hari yang sibuk. Pergi pagi, dan pulang ketika senja usai. Tak jarang dini hari  baru pintu rumahnya  terdengar berderit. 
      Aku tahu, karena hampir tiap malam aku menunggunya. Kesetiaan, yang membuahkan kantung yang menggelap  di bawah mataku.
      "Kenapa matamu, Nia? Makin hari makin tak bersinar saja. Jangan terlampau sering begadang."
      Mama, seperti juga yang lain, tak pernah mengerti alasanku berjaga tiap malam. Tak ada yang memahami apa yang kutunggu. Kecuali  Bandi, tempat cintaku bersandar. Ia tak pernah sekalipun menyinggung soal mataku yang kian cekung. Mungkin karena lelaki seperti dia mengerti jerih payah orang yang mencintai.  Kesetiaan yang mengalahkan penglihatan fisik.
      Tidak seperti pasangan-pasangan lain, dalam angan kebanyakan orang, kami memang berbeda. Kesibukan Bandi menafkahi keluarganya, membuat lelaki itu harus bekerja ekstra keras. Meskipun begitu, pertemuan kami rutin. Walaupun hanya sebentar sekali.  
      Di luar waktu kerjanya sebagai wartawan, lelaki itu menyempatkan diri menulis cerpen, puisi, resensi, opini, apa saja, untuk banyak media.  Komputer, ia belum punya. Itulah mengapa Bandi rajin berlama-lama di kantor.
      Dan sebagai pasangan yang setia, aku harus mengerti.
      Sosoknya yang pekerja keras, itu yang membuatku makin terpikat. Jatuh hati kian dalam. Lainnya?
      "Abang bisa mengetik di rumah. Kapan saja Abang mau. Tak usah sungkan."
      Minggu sore itu, dengan baju kurung yang baru selesai dijahitkan Mama semalam,  kami berbincang sebentar di teras rumah. Tapi tawaranku yang tak sepenuhnya tulus, hanya karena ingin bersamanya lebih sering, ditolaknya halus.
      "Jangan, Nia. Abang pulang dari kantor sudah malam. Tak enak sama orang tuamu.”
      Kalimat tegasnya menunjukkan kemandirian, dan mental yang bukan aji mumpung. Bukan tanpa alasan aku menawarinya mengetik, mengingat kami punya lebih dari enam komputer di rumah.  Paviliun rumah memang sejak lama aku jadikan rental komputer dan warnet. Meski awalnya tak setuju karena orangtuaku berpikir kami tak kekurangan uang, toh rental yang kukelola kemudian berjalan semakin baik.  Uang mengalir, pelanggan puas. Di sisi lain, aku tak pernah lelah  menanti Bandi pulang. Tidak masalah apakah ia pulang lebih awal, seperti yang sesekali terjadi, atau bahkan menjelang pagi.  Sosoknya yang kukuh dengan ransel hitam di punggungnya, tak pernah terlewat dari mataku.

*****

      "Aku ingin jadi istrimu, Bang." bisikku lagi.
      Tahun kedua berlalu, dan waktu makin meluruhkan hatiku atas sosok keras bernama Bandi.  Lelaki tegap, dengan kulit kecoklatan yang baik hati dan perhatian.
      "Pagi-pagi begini sudah buka?"
      Aku mengangguk. Menyembunyikan debaran jantung yang gemuruh, dan napas tersengal karena berlari dari kamar, hanya untuk mengejar bayangnya.
      "Bang Bandi pun sepagi ini sudah jalan? Biasanya jam tujuh seperempat, kan?"
      Lelaki itu tertawa. Giginya yang kecil-kecil berbaris rapi. Memberikan pemandangan yang membuatku jatuh cinta, lagi dan lagi. Perasaan yang membuatku seperti tak pernah merasa cukup mengambil kursus. Kemarin belajar masak, lalu bikin kue, kemudian menjahit, ahh apa lagi? Biarlah, yang penting aku bisa membahagiakan Bandi.
      Di depanku lelaki pujaan itu  masih tersenyum. Baru kemudian kusadari sesuatu yang membuatku tersipu. Apa kataku barusan?  Tujuh seperempat? Ah, pengamatan yang sedetil itu, sungguh memalukan! pikirku terlambat.
      Tapi Bandi menutup perasaanku yang tak karuan dengan senyum lebar, dan sebuah buku di tangannya.
      "Untukmu, Nia. Belum terlalu lama terbit. Bagus sekali isinya tentang...."
      Dan lelaki yang tadi berjalan tergesa-gesa, untuk sesaat seperti lupa bahwa ia sedang memburu waktu. Dengan antusias, kedua tangannya bergerak-gerak, memberiku gambaran sepintas isi buku yang disodorkannya.
      Wajahnya yang semangat.
      Aku menatapnya, dengan perasaan terjerembab. Kagum dengan sosoknya yang
 cerdas, sekaligus merasa beruntung karena aku diberi kesempatan mencintainya.
          Hari-hari kami sederhana namun indah. Ia membawakanku banyak buku, yang kubalas dengan setoples kue-kue buatanku sendiri. Begitu indahnya hingga tahun ketiga berlalu. Kemudian terlewat tahun keempat.  Selama itu, aku tak pernah lelah mengungkapkan dan menyatakan betapa ingin aku menjadi istrinya.
      Bandi tak pernah menjawab keinginanku. Aku menenangkan diri dengan berbagai pikiran positif.  Barangkali kesibukan, mungkin ia belum merasa siap, ucapku menghibur hati, setiap kali perasaan ragu timbul.     
      Tapi kesabaran akan penantian, boleh jadi hanya milikku. Sebab Mama  kemudian seperti tak punya kerjaan lain, kecuali memburuku dengan kalimat itu.             
      "Menikahlah, Nia. Apalagi yang kau tunggu?"
          Bandi! Tak ada yang lain. Dan tak bisa yang lain!
      Tahun berikutnya, Papa ikut mendesakku.
      "Anak Om Hasnan baik, Nia. Kehidupannya pun mapan. Dia direktur termuda,  di perusahaan Om Hasnan."
      Aku tidak sedikit pun tertarik. Lelaki yang kaya karena cucuran harta orang tua, mana bisa memenangkan hatiku?    pikiranku terbawa pada Bandi. Sosoknya, kerja kerasnya, peluh keringat yang tampak jelas masih menempel di dahinya, setiap melintasi jendela kamarku.
      Anak Om Hasnan mungkin baik, tapi dia tidak seperti Bandi.
      Lalu calon-calon lain disodorkan. Tetapi setiap kali, kepalaku makin terlatih menggeleng dan melahirkan helaan napas putus asa dari Papa.
      Mama mendekatiku dengan cara serupa. Menawarkan calon demi calon yang dirasanya pantas, dan mengangkat martabat orang tua.
          Tapi selalu saja kutemukan nilai minus pada mereka. Gilang, tak pernah serius. Herry terlalu adventurir, buat seorang Nia yang pecinta rumah. Sementara Agus terlalu matematis.
      Cuma Bandi;, yang cerdas dan memiliki sikap merakyat, yang merebut semua nilai plus, bahkan dalam kesederhanaannya.
      Cuma Bandi, yang membuatku tak sungkan merendahkan harga diri dengan berkali-kali mengungkapkan harapanku. Tak pernah bosan membisikkan kalimat itu,
      “Aku ingin menjadi istrimu,"
      Namun seperti yang sudah-sudah, kalimatku hanya terbawa angin, dan menguap tanpa bekas.        
      Bandi, seperti tak menyediakan tempat, untuk sebuah pernikahan.

*****
      “Cinta,”
      Suatu hari  kudengar kalimat itu dari bibirnya. Jelas, tanpa keraguan.
          “Cinta harusnya saling mengerti, hanya dengan menatap. Bukan begitu Nia? Cinta, harusnya tak perlu membuat dua orang kekasih harus saling mengemis. Cinta….”
      Ia mendesah. Pandangannya nanar. Aku bisa merasakan kesedihan hatinya hari itu.
      Tapi cintaku tak berkata apa-apa lagi. Ia pergi setelah lebih dulu menyodorkan sebuah buku yang membuatku menangis berhari-hari. Sungguh, belum pernah ada kisah asmara yang kubaca dan menorehkan begitu banyak kesedihan, setelah  Romeo dan Juliet.
      “Bagus sekali, Bang. Nia sampai menangis dibuatnya.”
      Bandi hanya tersenyum tipis. Tangannya yang kokoh menerima buku yang kukembalikan. Tuhan, begitu ingin aku bersandar dalam rengkuhannya.
      Tapi tangan itu selalu sopan, tak pernah menjamahku.
      “Cinta itu menghormati, Nia. Cinta tak saling memanfaatkan.”
          Aku mengangguk. Seperti biasa terbius oleh kata-kata Bandi. Terpesona oleh akuratnya kata dan laku lelaki itu. 
      Bandi tak menyentuhku, bukan tak cinta. Justru karena ia cinta. Bukankah seperti katanya, cinta itu tak kurang ajar? Cinta menghormati?
      “Bang, aku ingin menjadi istrimu,” bisikanku mulai  bercampur isak.  Ahh, betapa inginnya. Kenapa Bandi tak bisa mengerti? Bukankah dua orang yang saling menyinta harusnya saling memahami, hanya dengan memandang?
      Lalu bertubi-tubi, kegembiraan yang menyedihkan itu datang.
      “Kak Nia, maafkan Ita.”
      Aku mengangguk. Meski sesudahnya aku perlu berhari-hari untuk menumpahkan tangis dalam diam di bantalku.
      Lalu Riza, Nina, dan terakhir….
      “Kak, Linda minta maaf.”
      Giliran adik bungsuku  meminta. Aku mengangguk. Menahan air mata yang menggayut memberati mataku. Seharusnya aku bahagia, adik-adikku menamatkan kisah cinta mereka lebih dini.
      Pernikahan adik bungsuku dirayakan besar-besaran oleh kedua orang tua kami. Seolah Mama dan Papa telah letih, dan memutuskan tak perlu menyimpan sedikit pun tabungan untuk anak mereka yang sulung.
      Tapi tahun  memang berlalu secepat malam tiba.  Aku tak menyadari kapan Mama dan Papa mulai berhenti memintaku menikah. Yang kutahu tak ada lagi nama-nama yang mereka sodorkan padaku.    Awalnya hal itu membuatku merasa bebas, ya…bebas menunggu Bandi.   Baru kemudian kusadari hatiku yang hempas, anehnya oleh sesuatu yang tak pernah berubah.
      Bandi tak berubah sedikit pun. Masih  seperti dulu. Pergi jam tujuh seperempat, dan pulang ketika malam tenggelam. Sosoknya pun masih sama, sabar, kuat dan perhatian.
      Aku pun tak pernah berubah. Masih menemaninya dengan setia. Berdandan rapi di pagi hari untuk melepasnya ke kantor. Malamnya, menanti kepulangan lelaki itu meski hanya lewat gorden jendela kamarku.
      Tidak tahukah Bandi bahwa kedua mataku ini hanya bisa terlelap setelah memastikan sosoknya yang gagah memasuki rumah?
          Tapi ketiadaan kemajuan dalam hubungan kami tidak membuatku berhenti meminta. Seperti juga malam itu.
      “Bang, aku ingin menjadi istrimu,” kataku pelan dengan air mata meleleh.
      Tapi    Bandi meski tetap ramah dan baik hati, seperti yang sudah-sudah tak juga menanggapi. Padahal kesabaranku, bakti dan kesetiaanku…. Lalu kue-kue yang selalu berganti resep setiap minggu?
      “Bikin kue apalagi sepagi ini,  Nia?”
      Aku tak menjawab  pertanyaan Mama. Sudah pukul tujuh lewat sepuluh. Lima menit lagi Bandi akan lewat, dan aku tak boleh terlambat.
      Kakiku bergegas ke pintu depan. Di tanganku, setoples kue coklat bertabur kismis, tampak manis dan menggoda.
      Bersyukurlah, dalam kesederhanaan. Dalam ketiadaan. Bersyukur dengan apa yang kita miliki.
          Bandi sering mengulang-ulang kalimat itu. Mungkin maksudnya supaya aku tak lagi berulang-ulang mengucapkan kalimat itu, keinginanku untuk menjadi istrinya.  Aku mengangguk. Melambaikan tangan pada Bandi yang pagi itu melintas dengan banyak tas di tangan. 
      Berikutnya adalah hari-hari yang tak kumengerti. Sebab Bandi tak pernah kelihatan lagi. Ia lenyap dan dengan cepat kusadari ketika malam itu hingga azan Subuh bergema, aku tak melihat lelaki tercinta itu memasuki rumahnya.
      Perasaan panik serta-merta melanda diriku.  Ya Allah, sesuatu mestilah  menimpa lelaki terkasih itu.
          Tapi, kecuali aku, sepertinya tak ada orang lain yang merasa kehilangan. Bahkan tidak ayah dan ibu, serta adik-adiknya yang enam orang itu.
      Aku mulai menangis. Selama beberapa hari bahkan  tak ada sesuap nasi pun yang bisa kutelan.     Ketika sepekan lewat dan Bandi tak juga kembali, aku menenggelamkan diri dalam kamar. Menguncinya dan tidak membiarkan siapapun mengusik kesedihanku.
      Bandi, sesuatu pasti terjadi pada dia! batinku tak mungkin dibohongi. Keluarga Bandi pastilah hanya menghibur ketika mengatakan lelaki itu mendapatkan pekerjaaan dengan gaji besar di luar negeri. Tidak mungkin Bandi tak mengabarkan padaku informasi sepenting itu. Bukankah aku cintanya, seperti dia cintaku?
          Setiap hari, kuhabiskan waktu dengan meringkuk di  kamar, sementara mataku terus terpaku,  mengintip dari balik gorden, mencari-cari bayangan Bandi yang bisa kapan saja datang, mungkin dalam keadaan terluka. Oh Tuhan!
      Kedua mataku terasa penat karena terlalu banyak menangis dan berjaga.  Aku tak lagi ingat makan, mandi, bahkan tak peduli sama sekali dengan kelangsungan rental yang kurintis. Bandi lebih penting dari itu semua!
          Mama dan Papa serta adik-adikku tentu saja terlihat sedih. Tapi mereka sama sekali tak paham apa yang kurasa. Gelombang kepedihan, perasaan hampa, seolah hampir seluruh nyawaku tercerabut, membuatku tak memiliki keinginan melakukan apapun. 
      Syukurnya, melewati tiga bulan dalam masa-masa berduka, setitik harapan muncul.
          Bandi tak apa-apa. Perasaanku mengatakan dia masih hidup, dan bisa pulang kapan saja. Mungkin sebentar lagi.
      Lalu tubuhku dirasuki tenaga baru. Hari itu kuputuskan keluar kamar. Sinar matahari yang selama ini kumusuhi, segera saja menyipitkan mataku.  Tapi kegembiraan meledak-ledak, mengalahkan semua keengganan. 
      Cepat, seperti tak ingin kehilangan waktu, aku mengambil baju yang paling baik yang kupunya, lalu berlari ke kamar mandi.  Menyeka tubuhku keras-keras dengan spon sabun, hingga bersih dan dipenuhi aroma harum sabun.  Selepas mengenakan baju, kusemprotkan minyak wangi, lalu berhias secantik mungkin.
      Orang-orang yang tak mengerti mengatakan bedakku terlalu tebal. Aku hanya mencibir. Mereka tak memahami sosok istimewa yang kunanti.
      Tapi hari itu Bandi belum pulang.  Tak apa. Yang penting adalah aku selalu siap, jika ia sewaktu-waktu datang. Bajuku harus rapi, tubuhku harus wangi, rambutku harus selalu dikeramas tiap hari. Bedak, sedikit lipstik kucoretkan dibibirku yang akhir-akhir ini sering pecah-pecah. Aku tak ingin ada yang terlewat.  Semua harus sempurna, ketika Bandi pulang nanti.
      Lelaki itu  sudah pergi lama, ia pasti kangen padaku. Pada canda tawa kami, pada hubungan sederhana namun indah yang selama ini terjalin. Ia juga pasti rindu  dengan kue-kueku. Ya Tuhan, sudah berapa lama aku tak lagi membuat kue-kue dan menaruhnya di toples, untuk Bandi?
      Maka sejak hari itu, telah kutekadkan, supaya tak ada hari berlalu tanpa kue-kue baru yang kubikin. Bukankah sebentar lagi tahun baru tiba, dan Bandi mungkin akan pulang?
          Ketika tahun baru lewat, dan aku menunggui Bandi di depan pagar rumah kami hingga kedinginan, Mama menyelimuti tubuhku yang menggigil dengan selimut. Tapi aku tetap menunggu.
      Mungkin Bandi akan pulang ketika musim liburan.  Mungkin bulan puasa tahun depan. Hmm, tidak! Aku tersenyum. Bandi akan pulang lebaran tahun depan, pasti!
      Pikiran itu membawa langkahku ke ruang dalam. Bukan ke kamar seperti harapan kedua orang tuaku.  Pikiranku padat oleh banyaknya  pekerjaan yang akan menungguku sampai Bandi pulang nanti. Membuat kue-kue kesukaan lelaki tercinta itu. Juga  baju baru. Sambil tanganku sibuk mengaduk adonan tepung terigu bercampur gula, keju dan entah apa lagi, pikiranku mengembara. Mengenang Bandi. Betapa rindunya.
          Besok dan besoknya lagi, kesibukan yang sama menungguku. Kue-kue dan jahitan baju baru. Setiap hari. Aku ingin siap ketika Bandi pulang. Aku ingin rapi, ingin cantik.
      Sedikit pun tak ada kesangsian akan kesetiaan Bandi padaku.  Meski terdengar kabar Bandi telah menikah, atau Bandi sudah betah di luar negeri dan tak ingin kembali, aku tak pernah percaya.
      Suatu hari Bandi akan pulang dan memenuhi permintaanku untuk menjadi istrinya.  Seperti yang selama ini selalu kubisikkan dalam hatiku menjelang tidur.
      “Bang, aku ingin menjadi istrimu.”
Dan aku tahu, Bandi mengerti perasaanku sepenuhnya. Permintaanku.
          Sebab cinta  harusnya saling mengerti, hanya dengan memandang. (Bukan begitu Nia?) Cinta, harusnya tak perlu membuat dua orang kekasih saling mengemis. Cinta….


 * diambil dari kumpulan cerpen: Aku Ingin Menjadi Istrimu, Asma Nadia dan Birulaut, Lingkar Pena  2004
(banyaknya permintaan akan kelanjutan kisah Nia dan Bandi, mendorong penulis utk  membuatkan bagian kedua kisah aku ingin menjadi istrimu ini, saat ini sudah beredar, dan   bisa ditemukan dalam kumpulan cerpen pernikahan : Jadilah Istriku, Asma Nadia dan Birulaut, Lingkar Pena 2005)





04 Feb 2011
Cintai Dia Dalam Diam



Bila belum siap melangkah lebih jauh dengan seseorang,
cukup cintai ia dalam diam ..

karena diammu adalah salah satu bukti cintamu padanya ..
kau ingin memuliakan dia,
dengan tidak mengajakanya menjalin hubungan yang terlarang,
kau tak mau merusak kesucian dan penjagaan hatinya.

karena diammu memuliakan kesucian diri dan hatimu ..
menghindarkan dirimu dari hal-hal yang akan merusak izzah dan

iffahmu ..

karena diammu bukti kesetiaanmu padanya ..
karena mungkin saja orang yang kau cinta adalah juga orang yang

telah ALLAH swt. pilihkan untukmu ..

ingatkah kalian tentang kisah Fatimah dan ALi ??
yang keduanya saling memendam apa yang mereka rasakan ..
tapi pada akhirnya mereka dipertemukan dalam ikatan suci nan

indah ..

.............

karena dalam diammu tersimpan kekuatan ..
kekuatan harapan ..
hingga mungkin saja Allah akan membuat harapan itu menjadi

nyata hingga cintamu yang diam itu dapat berbicara dalam

kehidupan nyata ..
bukankah Allah tak akan pernah memutuskan harapan hamba yanng

berharap padanya ??

dan jika memang 'cinta dalam diammu' itu tak memiliki

kesempatan untuk berbicara di dunia nyata,
biarkan ia tetap diam ..

jika dia memang bukan milikmu,
toh Allah, melalui waktu akan menghapus 'cinta dalam diammu'

itu dengan memberi rasa yang lebih indah dan orang yang tepat

.......................................................................

biarkan 'cinta dalam diammu' itu menjadi memori tersendiri dan

sudut hatimu
menjadi rahasia antara kau dengan Sang Pemilik hatimu ..





01 Feb 2011
Masih ada Dusta di Hatiku

Awal Februari ini, membawa cerita baru untuk Perjalanan Hidupku, Girah yang mengalir dalam darahku, serta dalam setiap langkah yang gontai dan tak jua kuat, ini akan tetap bertahan, sampai akar yang lemah ini menjadi kuat kembali. Rasa yang begitu teramat dahsyat aku rasakan kembali, Kasih sayang Rabb yang sangat tulus menyapa dan Menjaga aku di saat aku merasa tersisih, sedih. Aku tau betapa Tidak ada apa-apanya, dan pengorbanan ini belumlah sampai pada titik mereka yang sangat ikhlas mengorbankan segala yang di milikinya, masih ada Dusta di hati ini, Dusta akan Cinta-NYA. Aku bukan ingin menjatuhkan diri dalam segala hal, yang nantinya akan membuatku putus asa, dan akan mengklaim keadaan.
Blogwalking, sambil silaturahmi ke Web tetangga, nah aku menjumpai Lirik yang Melankolis banget, dan mengingatkan aku pada suatu kenangan. Mau tau ?!

Mungkin aku terlalu menyayangimu
Semua yang ada padamu
Karena kamu membuaku berarti
Hinggaku tak dapat menjauh

Dalam setiap langkahku
Kuingin kau disini
Hingga akhir usiaku kau tetap
Menjadi yang terbaik untuk diriku

Aku takut engkau tinggalkan diriku
Mencoba mencari cinta
Selain cinta yang kuberikan

Aku takut engkau patahkan hatiku
Membuatku semakin terluka
Dan tak akan pernah termaafkan

:) Sekilas Memang Artinya sangat Menuju pada Kisah Romantisme Percintaan yang sedang, Memerah Jambu yah! :). Tapi Blogwalking, aku tidak sengaja mendengarkan lirik itu, yah.. iseng aku coba nge-Post yang sedikit berbau Cinta-Cinta, Ngomong-Ngomong soal Cinta nih, aku sich jugah tidak begitu bepengalaman (Shy.ModeOn).red
Tapi Tenang sajah, Klo soal teori aku lumayan bisa di andalkan, aku bisa menjadi Pendengar setia, bahkan menjadi Talk aktive klo sudah mengomentari temen-temenku.. (Just Kidding).

Back to Mind Topic, Nah.. Coba dech.. di resapi Lirik nya, rasa yang terkandung dalam lirik tersebut pasti lebih nge-Na ke "Makhluk Ciptaan Allah" kan?, Kenapa tidak kita Ambil Sedikit Sentilan Dari Lirik itu, Betapa takutnya hati ini gersang, tiada yang menyirami, Hati ini beku, kaku, Hasbiallah.. (Hanya ALLAH swt), semoga hanya dia yang tiap detik perjalanan ini mengingat dan menyebut nama Indah-NYA, dan semoga hanya DIA yang senantiasa Bermain di hati, Lisan, dan Tingakah kita, Tidak ada lagi Dusta di hati aku, kamu, dan bahkan mereka sekali pun. Masih ada dusta dihati ku, kata ini yang harus aku jauhi, semoga tidak ada dusta lagi antara aku dan Penciptaku, aku ingin terlihat Teristimewa di hadapan-NYA kelak, dan dia yang membuat hidup ini berarti, indah, dan segala yang di berikan-NYA tak terbalas, dan teramat dahsyat lah Nikmatnya,
dalam setiap Langkah ingin DIA menyertai ku, Sampai aku datang menghadapnya.
aku takut bilamana Ibadah yang ku lakukan ini, bukan ibadah yang terbaik yang aku kerjakan, aku takut jika DIA menjauh, sungguh tak sanggup hamba ya Rabb..
Tak ada yang layak di Di aggungkan, kecuali engkau ALLAH swt, Dalam langkah, Sikap, Lisan, serta Hijab yang belumlah sempurna, mengharap Ridho MU, agar Hati ini tidak Mendustakan lagi semua yang telah engkau Ciptakan dan engkau halalkan untuk ku.




26 Jan 2011
Ketika aku dan KesendirianKu


Dalam kesendirian ini, sering kali aku Bermuhasabah, tentang rasa  dan perjuangan ini, sudahkah aku menjadi muslimah yang memenuhi kriteria sang Kekasih_NYA, bisa kah aku tetap istiqomah dijalan ini, penyakit yang selalu bersarang di setiap perjalanan yang tidak ku ketahui ujung nya belum juga hilang dari setiap hentakan dan ayunan langkah ini, ya Rabbul Izzati mohon hilangkan ini dari kelam-kelam, setiap detik denyut nadi ini,
aku belumlah sempurna dan jauh dari diharapkan, masih banyak yang harus di benahi,
aku tau, banyak syarat-syarat jika ingin dekat dengan NYA, could am I?
Bisa kah aku jadi seperti shabiyah, syuhada, syahidah, sungguh aku tak bisa dan berani untuk itu, masih lemah rasa dan angan ini, walapun suddah banyak yang ingin aku lakukan, tapi apa? aku selalu mematahkan keinginan itu, izinkan aku melafaskan kata yang susah di terjemah oleh tingkah dan laku ini, Percaya dengan kata-kata MU, dan Kalam Mu ya Rabb,
Harus kuat dalam segala hal, tidak boleh takut akan segala hal, Keep Srunggle, coz This Live is choosen.. Be Worse Or Best, Looser Or What ever yOu wanna dO!
Keep do it, if you bealive u can do it..
Menjadi Istimewa bukan lah hal yang gampang dan Juga Susah, perjalanan yang lurus itu mudah, tapi banyak Onak dan duri (Udah mulai puitis nih!).red, Keep easy going in ALLAH SWT way, the Point. Could Am I?, Will Try. Tau kah kita, ketika kesendirian dan kesepian iman kita, mudah untuk merealisasikan keadaan, terkadang sempat aku berfikir, kenapa ya waktu hanyak 24 jam, dan hari hanya 7 hari?, kenapa tidak 29 jam dan 8 hari, :D just my mind, Ini semua rahasia illahi, dengan 24 jam dan 7 hari saja, tidak bisa aku mengukir sejarah yang berarti dalam hidup ini, tidak patut menyalahkan apa-apa yang telah di sediakan oleh NYA, "Fabbiayi 'ala hirobbikuma tukaziban", bersyukur atas apa yang telah ALLAH SWT berikan, berkat keindahan alam, keluarga, saudara, sahabat, teman yang telah di amanah kan kepada kita.
Tidaklah pantas aku meminta yang lebih dari batas kemampuanku dan Ikhtiarku, "Manjada Wa Jadda"  adalah kunci sukses Dunia dan Akhirat,  Flashback kebelakang, tidak ingin lagi segala penyakit yang menggergoti kebaikan dan amal hadir di setiap langkah ini,
Step by Step I must Leave that, karena sukses itu adalah pilihan.
Ya Rabb Syukron untuk setiap Oksigen yang gratis ku Hirup, syukron untuk Kehidupan yang layak ini, syukron untuk saudara-saudara, sahabat, teman, yang kau pilihkan untuk menemani perjalanan hidup hamba mu ini, segala rezeki yang jika ku kutuliskan dengan tinta sebanyak dilautan, sungguh tak mampu mendeskripsikan anugerah nikmat, serta limpahan Rahmat, dan rezeki mu. Serta Nikmat Umur yang ku Punya. Kelak jiwa ini kembali pada mu, semoga dalam Khusnul Khotimah.





  
08 Dec 2010
Do'a seorang Akhwat














Buat semua yang merasa dirinya seorang akhwat ataupun seorang ukhti, amini doa ini.
Buat selain akhwat atau ukhti baca dan renungi doa ini

Tuhanku…
Aku berdo’a untuk seorang pria yang akan menjadi bagian dari hidupku
Seseorang yang sungguh mencintaiMu lebih dari segala sesuatu
Seorang pria yang akan meletakkanku pada posisi kedua di hatinya setelah Engkau
Seorang pria yang hidup bukan untuk dirinya sendiri tetapi untukMu

Wajah tampan dan daya tarik fisik tidaklah penting
Yang penting adalah sebuah hati yang sungguh mencintai dan dekat dengan Engkau
dan berusaha menjadikan sifat-sifatMu ada pada dirinya
Dan ia haruslah mengetahui bagi siapa dan untuk apa ia hidup sehingga hidupnya tidaklah sia-sia
Seseorang yang memiliki hati yang bijak tidak hanya otak yang cerdas
Seorang pria yang tidak hanya mencintaiku tapi juga menghormatiku
Seorang pria yang tidak hanya memujaku tetapi juga dapat menasihatiku ketika aku berbuat salah
Seseorang yang mencintaiku bukan karena kecantikanku tapi karena hatiku
Seorang pria yang dapat menjadi sahabat terbaikku dalam setiap waktu dan situasi
Seseorang yang dapat membuatku merasa sebagai seorang wanita ketika aku di sisinya
Tuhanku…
Aku tidak meminta seseorang yang sempurna namun aku meminta seseorang yang tidak sempurna,
sehingga aku dapat membuatnya sempurna di mataMu
Seorang pria yang membutuhkan dukunganku sebagai peneguhnya
Seorang pria yang membutuhkan doaku untuk kehidupannya
Seseorang yang membutuhkan senyumku untuk mengatasi kesedihannya
Seseorang yang membutuhkan diriku untuk membuat hidupnya menjadi sempurna
Tuhanku…
Aku juga meminta,
Buatlah aku menjadi wanita yang dapat membuatnya bangga
Berikan aku hati yang sungguh mencintaiMu sehingga aku dapat mencintainya dengan sekedar cintaku
Berikanlah sifat yang lembut sehingga kecantikanku datang dariMu
Berikanlah aku tangan sehingga aku selalu mampu berdoa untuknya
Berikanlah aku penglihatan sehingga aku dapat melihat banyak hal baik dan bukan hal buruk dalam dirinya
Berikanlah aku lisan yang penuh dengan kata-kata bijaksana,
mampu memberikan semangat serta mendukungnya setiap saat dan tersenyum untuk dirinya setiap pagi
Dan bilamana akhirnya kami akan bertemu, aku berharap kami berdua dapat mengatakan:
“Betapa Maha Besarnya Engkau karena telah memberikan kepadaku pasangan yang dapat
membuat hidupku menjadi sempurna.”
Aku mengetahui bahwa Engkau ingin kami bertemu pada waktu yang tepat
Dan Engkau akan membuat segala sesuatunya indah pada waktu yang telah Engkau tentukan
Amin….





08 Dec 2010 
Allah Subhanahu wa Ta'aLa

Mendengar nama Allah Subhanahu wa Ta’ala disebut, membuat hati bergetar

Karena itulah nama yang dicinta

Karena Ar Rahman, aku yang semula tiada, menjadi ada

Karena Ar Rahiim, yang memberikan aku pendengaran, penglihatan dan hati

Al Malik sangat baik padaku

Memberi meski belum kuminta

Al Quddus memberi aku makan dan minum

As Salam, Al Mu’min, memberikan aku kehidupan

Waktu shalat adalah yang paling dinanti

Saat itulah aku bisa bertemu dengan Al Muhaimin

Bagian dari rasa syukurku pada Al Aziz

Al Jabbar yang menguasai kerajaan langit dan bumi

Aku menyedihkan hatiku bila bermaksiat pada Al Mutakabbir

Aku senang bila aku ada dalam ketaatan pada Al Khaliq

Lisan ingin selalu menyebut nama Al Bari’

Hati selalu merindukan Al Musawwir, bilakah bertemu ?

Tangan ingin bergerak sesuai kehendak Al Ghafar

Kaki ingin melangkah menuju tempat yang diridhai Al Qahhar

Mata ingin melihat apa yang dihalalkan Al Wahhab

Wahai Ar Razzaq, Al Fattah, Al ’Aliim….

Al Qabid, Al Basith, cinta yang kekal sepanjang masa

Namun cinta pada Al Khafid penuh ujian

Karena Ar Rafi’ berfirman, ”Apakah kamu mengira, kamu akan dibiarkan saja mengatakan ’Kami beriman’, sedang kamu tidak diuji lagi ?”

Al Muzillu menjanjikan hari perjumpaan

Hari disingkapnya segala isi hati dan amalan di hadapan As Sami’

Al Basir akan bangkitkanku dari kubur

Pada hari itu kesedihan dunia berlalu, di bawah naungan Al Hakam

Al ’Adl sering memberi mimpi hikmah padaku

Al Latif memberikan hidayah dengan ragam cara

Tidak ada yang lepas dari pengawasan Al Khabir

Maka kudidik hati agar ikhlas hanya untuk Al Haliim

Begitu banyak hamba yang mencintai Al Azim, Al Ghafur

Mujahidin yang senantiasa bertasbih kepada Asy Syakur

Lantas dimanakah kedudukanku di hadapan Al ‘Aliyy

Akankah Al Kabiir ingat kepadaku di hari pertemuan nanti ?

Ingin menatap wajah Al Hafiz…

Al Muqitu ada di atas Arsy

Yang Arsy Al Hasib dibawa oleh para malaikat yang mulia lagi berbakti

Senantiasa Al Jaliil ada dalam kesibukan

Menatap langit malam ciptaan Al Karim, sungguh indah

Ar Raqib mencintai keindahan

Ayat-ayat kauniyah dan kauliyah Al Mujibu indah dan menakjubkan

Al Wasi’u tidak pernah menganiaya hamba-hambanya.

Al Hakim memberi episode kehidupan kepadaku

Al Wadudu ada kalanya memberi kemudahan atau kesulitan

Tetapi firman Al Majid, “Sesudah kesulitan ada kemudahan.”

Al Basi’ selalu bersama hambanya di dunia dan di akhirat

Ketika aku mencintai Asy Syahid,

Maka aku pun akan mencintai hamba-hamba Al Haqq yang lain

Aku akan mengulurkan tangan pada manusia ciptaan Al Wakiil

Demikianlah Al Qawiyy mengajarkan tentang cinta yang sesungguhnya





11 NOV 2010
Filosofi Pensil dan Kehidupan

ada suatu sore yang teduh, seorang nenek tampak berkutat asyik dengan kegiatannya di halaman belakang sebuah rumah. Ia tampak sedang menuliskan sesuatu pada sebuah kertas. Kala itu, kemudian si cucu datang menghampiri dan bertanya, “Nenek sedang menulis apa Nek, sepertinya asyik sekali. Pensilnya baru ya Nek?”

Sambil tersenyum sabar, si nenek menjawab. “Nenek sedang menulis tentang kamu, cucu nenek yang cantik dan pintar,” ucapnya penuh sayang. “Tetapi, sebenarnya ada yang lebih penting lho dari isi tulisan ini, yaitu pensil yang nenek pakai untuk menulis ini.”

Si cucu sejenak merasa kebingungan mendengar penuturan nenek. Ia pun dengan saksama mengamati sesaat pensil yang ada di tangan nenek. Tak lama, si cucu berkata, “Selain pensilnya masih baru, rasanya tidak ada yang istimewa dari pensil Nenek. Memang apa hebatnya pensil Nenek dibandingkan dengan pensil yang lain?”

“Benar cucuku. Pensil nenek sama saja dengan pensil yang lain. Maksud nenek, sebatang pensil bukan hanya dinilai dari bentuk fisiknya, warna, atau panjang pendeknya, tetapi sebatang pensil sebenarnya mempunyai 5 kualitas unggulan yang bisa menjadi pedoman saat kita menjalani kehidupan ini,” jelas nenek sembari mengelus lembut rambut cucu kesayangannya.

“Memangnya selain untuk menulis, kualitas apa lagi yang dipunyai oleh sebatang pensil Nek?” tanya si cucu penasaran.

“Dengarkan baik-baik ya…” ungkap nenek.
“Kualitas pertama yang perlu diperhatikan yaitu bahwa pensil dapyt menjadi pengingat kita kalau kita bisa berbuat hal yang hebat dalam hidup ini. Yakni, mengingatkan bahwa seperti sebuah pensil ketika menulis, kita tidak boleh lupa bahwa ada tangan yang selalu membimbing langkah kita dalam hidup ini. Kita menyebutnya tangan Tuhan. Dia selalu membimbing kita sesuai dengan ajaran-ajaranNya.”

“Kualitas kedua, Kamu bisa memperhatikan, bahwa saat proses menulis, kita kadang beberapa kali harus berhenti dan menggunakan rautan untuk menajamkan kembali pensil kita. Rautan itu seakan membuat si pensil menderita. Tetapi setelah proses meraut selesai, si pensil akan mendapatkan ketajamannya kembali. Begitu juga dengan kehidupan manusia. Kita harus berani menerima penderitaan dan kesusahan, termasuk berbagai ujian dan tantangan, karena itu semua yang akan membuat kita menjadi manusia yang lebih baik dan berkualitas.”

“Kualitas ketiga yang perlu kamu camkan adalah bahwa pensil selalu memberikan kita kesempatan untuk menggunakan penghapus sebagai upaya memperbaiki kesalahan. Oleh karena itu, memperbaiki kesalahan dalam hidup ini bukanlah hal yang jelek atau buruk. Itu bahkan membantu kita untuk tetap berada pada jalan yang benar. Hal ini sekaligus mengingatkan bahwa kita tak pernah luput dari berbagai jenis kesalahan.”

“Kualitas keempat yakni tentang bagian yang paling penting dari sebuah pensil. Jika kamu perhatikan, bagian yang paling bermanfaat bukanlah bagian luarnya, melainkan arang yang ada di dalamnya. Begitu pula dengan kita. Karenanya, kita harus selalu memupuk hal-hal baik yang ada di dalam diri kita dengan terus meningkatkan kualitas dalam diri. Karena itu, kita perlu terus memupuk kekayaan mental dalam setiap tindakan kita.”

“Kualitas kelima adalah bahwa harus kita sadari jika sebuah pensil selalu meninggalkan tanda/goresan. Seperti juga manusia, kita harus selalu sadar dan waspada karena apa pun yang kita perbuat dalam hidup ini akan meninggalkan kesan dan goresan. Maka berhati-hatilah dalam berpikir, berucap, dan bertindak. Sehingga, goresan yang kita tinggalkan akan menjadi guratan yang memberi manfaat bagi diri dan orang lain.”

Mendengar ucapan itu, si cucu pun berterima kasih pada nenek. “Akan saya ingat terus ucapan Nenek ini. Semoga, saya juga bisa menjadi ‘pensil’ yang berkualitas Nek…”

Sahabat yang luar biasa,
Hidup adalah proses belajar dan berjuang tanpa batas! Dan, setiap saat kita tak bisa lepas dari berbagai unsur yang ada di sekeliling kita.

Sebagai manusia yang ber-Tuhan, kita harus memiliki nilai spiritual untuk mengajarkan diri agar selalu rendah hati. Kemudian, dalam menjalani kehidupan, kita selayaknya terus berusaha memoles diri secara kontinu agar dapat meningkatkan kualitas pribadi.

Tak lupa, saat melakukan berbagai kesalahan, kita belajar berbenah diri untuk terus menjadi pribadi yang lebih baik. Saat kita maju, tak lupa untuk tetap belajar. Melalui sikap belajar yang konsisten, semoga apa yang telah dan akan kita pikir, ucapkan, dan perbuat, mampu menjadi berkat bagi diri sendiri danbermanfaat untuk orang lain. Sehingga, hidup kita akan jauh lebih berarti.

Salam sukses, luar biasa!!!


09 NOV 2010
Persahabatan Islami



















Secara umum, orang merasa senang dengan banyak teman. Manusia memang tidak bisa hidup sendiri, sehingga disebut sebagai makhluk sosial. Tetapi itu bukan berarti, seseorang boleh semaunya bergaul dengan sembarang orang menurut selera nafsunya. Sebab, teman adalah personifikasi diri. Manusia selalu memilih teman yang mirip dengannya dalam hobi, kecenderungan, pandangan, pemikiran. Karena itu, Islam memberi batasan-batasan yang jelas dalam soal pertemanan.

Memilih Teman Yang Baik

Teman memiliki pengaruh yang besar sekali. Rasulullah bersabda,
“Seseorang itu tergantung agama temannya. Maka hendaknya salah seorang dari kalian melihat siapa temannya.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi).

Makna hadits di atas adalah seseorang akan berbicara dan ber-perilaku seperti kebiasaan kawannya. Karena itu beliau Shalallaahu alaihi wasalam mengingatkan agar kita cermat dalam memilih teman. Kita harus kenali kualitas beragama dan akhlak kawan kita. Bila ia seorang yang shalih, ia boleh kita temani. Sebaliknya, bila ia seorang yang buruk akhlaknya dan suka melanggar ajaran agama, kita harus menjauhinya.

Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda,
“Jangan berteman, kecuali dengan orang mukmin, dan jangan memakan makan-anmu kecuali orang yang bertakwa.” (HR. Ahmad dihasankan oleh al-Albani)
Termasuk dalam larangan di atas adalah berteman dengan pelaku dosa-dosa besar dan ahli maksiat, lebih-lebih berteman dengan orang-orang kafir dan munafik.

Khathabi berkata, “Yang dimaksud dengan jangan memakan makananmu, kecuali orang yang bertakwa adalah dengan cara mengundang mereka dalam suatu jamuan makan. Sebab jamuan makan bisa melahirkan rasa kasih sayang dan cinta di antara yang hadir”. Adapun makanan yang memang dibutuhkan oleh mereka, maka tidak apa-apa diberikan.

Allah berfirman, artinya, “Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan.” (QS. Al-Insan: 8). Dan yang ditawan bisa saja adalah orang-orang kafir.

Demikian juga dalam pergaulan yang sifatnya umum seperti bertetang-ga, jual beli dan sebagainya, maka hukumnya masuk dalam hukum mua-malah, di mana kita boleh bermuamalah dengan siapa saja, muslim maupun non muslim.

Cinta Karena Allah

Persahabatan yang paling agung adalah persahabatan yang dijalin di jalan Allah dan karena Allah, bukan untuk mendapatkan manfaat dunia, materi, jabatan atau sejenisnya. Persahabatan yang dijalin untuk saling mendapatkan keuntungan duniawi sifatnya sangat sementara. Bila keuntungan tersebut telah sirna, maka persahabatan pun putus.

Berbeda dengan persahabatan yang dijalin karena Allah, tidak ada tujuan apa pun dalam persahabatan mereka, selain untuk mendapatkan ridha Allah. Orang yang semacam inilah yang kelak pada Hari Kiamat akan mendapat janji Allah.

Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda,
“Sesungguhnya Allah pada Hari Kiamat berseru, ‘Di mana orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Pada hari ini akan Aku lindungi mereka dalam lindungan-Ku, pada hari yang tidak ada perlindungan, kecuali per-lindungan-Ku.” (HR. Muslim)
Dari Mu’adz bin Jabalzia berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman, “Wajib untuk mendapatkan kecintaan-Ku orang-orang yang saling mencintai karena Aku dan yang saling berkunjung karena Aku dan yang saling berkorban karena Aku.” (HR. Ahmad).

Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam hadits Abu Hurairah Radhiallaahu anhu , diceritakan, “Dahulu ada seorang laki-laki yang berkunjung kepada saudara (temannya) di desa lain. Lalu ditanyakan kepadanya, ‘Ke mana anda hendak pergi? Saya akan mengunjungi teman saya di desa ini’, jawabnya, ‘Adakah suatu kenikmatan yang anda harap darinya?’ ‘Tidak ada, selain bahwa saya mencintainya karena Allah Azza wa Jalla’, jawabnya. Maka orang yang bertanya ini mengaku, “Sesungguhnya saya ini adalah utusan Allah kepadamu (untuk menyampaikan) bahwasanya Allah telah mencintaimu sebagaimana engkau telah mencintai temanmu karena Dia.”

Ungkapkan Cinta Karena Allah

Anas Radhiallaahu anhu meriwayatkan, “Ada seorang laki-laki di sisi Nabi Shalallaahu alaihi wasalam. Tiba-tiba ada sahabat lain yang berlalu. Laki-laki tersebut lalu berkata, “Ya Rasulullah, sungguh saya mencintai orang itu (karena Allah)”. Maka Nabi Shalallaahu alaihi wasalam bertanya “Apakah engkau telah memberitahukan kepadanya?” “Belum”, jawab laki-laki itu. Nabi bersabda, “Maka bangkit dan beritahukanlah padanya, niscaya akan mengokohkan kasih sayang di antara kalian.” Lalu ia bangkit dan memberitahukan, “Sungguh saya mencintai anda karena Allah.” Maka orang ini berkata, “Semoga Allah mencintaimu, yang engkau mencintaiku karena-Nya.” (HR. Ahmad, dihasankan oleh Al-Albani).

Hal yang harus diperhatikan oleh orang yang saling mencintai karena Allah adalah untuk terus melakukan evaluasi diri dari waktu ke waktu. Adakah sesuatu yang mengotori kecintaan tersebut dari berbagai kepentingan duniawi?

Lemah Lembut, Bermuka Manis dan Saling Memberi Hadiah

Paling tidak, saat bertemu dengan teman hendaknya kita selalu dalam keadaan wajah berseri-seri dan menyungging senyum. Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda,
“Jangan sepelekan kebaikan sekecil apapun, meski hanya dengan menjum-pai saudaramu dengan wajah berseri-seri.” (HR. Muslim dan Tirmidzi).

Dalam sebuah hadis riwayat Aisyah Radhiallaahu anha disebutkan, bahwasanya “Allah mencintai kelemah-lembutan dalam segala sesuatu.” (HR. al-Bukhari). Dalam hadis lain riwayat Muslim disebutkan “Bahwa Allah itu Maha Lemah-Lembut, senang kepada kelembut-an. Ia memberikan kepada kelembutan sesuatu yang tidak diberikan-Nya kepada kekerasan, juga tidak diberikan kepada selainnya.”

Termasuk yang membantu langgengnya cinta dan kasih sayang adalah saling memberi hadiah di antara sesama teman. Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda,
“Saling berjabat tanganlah kalian, niscaya akan hilang kedengkian. Saling memberi hadiah lah kalian, niscaya kalian saling mencintai dan hilang (dari kalian) kebencian.” (HR. Imam Malik).

Saling Memberi Nasihat

Dalam Islam, prinsip menolong teman adalah bukan berdasar permintaan dan keinginan hawa nafsu teman. Tetapi prinsip menolong teman adalah keinginan untuk menunjukkan dan memberi kebaikan, menjelaskan kebenaran dan tidak menipu serta berbasa-basi dengan mereka dalam urusan agama Allah. Termasuk di dalamnya adalah amar ma’ruf nahi mungkar, meskipun bertentangan dengan keinginan teman.

Adapun mengikuti kemauan teman yang keliru dengan alasan solidaritas, atau berbasa-basi dengan mereka atas nama persahabatan, supaya mereka tidak lari dan meninggalkan kita, maka yang demikian ini bukanlah tuntunan Islam.

Berlapang Dada dan Berbaik Sangka

Salah satu sifat utama penebar kedamaian dan perekat ikatan persaudaraan adalah lapang dada. Orang yang berlapang dada adalah orang yang pandai memahami berbagai keadaan dan sikap orang lain, baik yang menyenangkan maupun yang menjengkelkan. Ia tidak membalas kejahatan dan kezhaliman dengan kejahatan dan kezhaliman yang sejenis, juga tidak iri dan dengki kepada orang lain. Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda,
“Seorang mukmin itu tidak punya siasat untuk kejahatan dan selalu (berakhlak) mulia, sedang orang yang fajir (tukang maksiat) adalah orang yang bersiasat untuk kejahatan dan buruk akhlaknya.” (HR. HR. Tirmidzi, Al-Albani berkata “hasan”)

Karena itu Nabi Shalallaahu alaihi wasalam mengajarkan agar kita berdo’a dengan:
“Dan lucutilah kedengkian dalam hati- ku.” (HR. Abu Daud, Al-Albani berkata ’shahih’)
Termasuk bumbu pergaulan dan persaudaraan adalah berbaik sangka kepada sesama teman, yaitu selalu berfikir positif dan memaknai setiap sikap dan ucapan orang lain dengan persepsi dan gambaran yang baik, tidak ditafsirkan negatif. Nabi Shalallaahu alaihi wasalam bersabda,
“Jauhilah oleh kalian berburuk sangka, karena buruk sangka adalah pembicaraan yang paling dusta” (HR.Bukhari dan Muslim). Yang dimaksud dengan berburuk sangka di sini adalah dugaan yang tanpa dasar.

Menjaga Rahasia

Setiap orang punya rahasia. Biasa-nya, rahasia itu disampaikan kepada teman terdekat atau yang dipercayainya. Anas Radhiallaahu anhu pernah diberi tahu tentang suatu rahasia oleh Nabi Shalallaahu alaihi wasalam. Anas Radhiallaahu anhu berkata, “
Nabi Shalallaahu alaihi wasalam merahasiakan kepadaku suatu rahasia. Saya tidak menceritakan tentang rahasia itu kepada seorang pun setelah beliau (wafat). Ummu Sulaim pernah menanyakannya, tetapi aku tidak memberitahukannya.” (HR. Al-Bukhari).

Teman dan saudara sejati adalah teman yang bisa menjaga rahasia temannya. Orang yang membeberkan rahasia temannya adalah seorang pengkhianat terhadap amanat. Berkhia-nat terhadap amanat adalah termasuk salah satu sifat orang munafik.

Penutup

Persahabatan yang dijalin karena kepentingan duniawi tidak mungkin bisa langgeng. Bila manfaat duniawi sudah tidak diperoleh biasanya mereka dengan sendirinya berpisah bahkan mungkin saling bermusuhan. Berbeda dengan persahabatan yang dijalin karena Allah, mereka akan menjadi saudara yang saling mengasihi dan saling membantu, dan persaudaraan itu tetap akan berlanjut hingga di negeri Akhirat. Allah berfirman, artinya,
“Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.” (QS. Az-Zukhruf: 67)

Ya Allah, anugerahilah kami hati yang bisa mencintai teman-teman kami hanya karena mengharap keridhaan-Mu. Amin. (Ibnu Umar)


Bila Ia Tau

Malam sampaikan salam
ini untuknya.... beri dia teman....jangan buat dia sendiri.....

Malam sampaikan
padanya..... aku hanya seorang wanita...seorang yang ragu akan rasa.....

Malam sampaikan padanya...aku
sedang mencoba untuk bersikap seolah-olah aku tak pernah ketemu
denganya...karena aku takut..bila orang lain yang akan mendampingiku. .bukan
dia..agar aku terbiasa

Malam sampaikan
padanya sungguh banyak angan bersamanya.. .namun aku takut kalau semua
itu gak pernah ada......

Malam sampaikan
padanya kadang aku siap kalau seadainya ada seseorang yang siap ada
disampingnya. ......walau terkadang akupun tak siap kalau itu benar-benar
nyata......

Malam sampaikan
padanya..... .hati ini begitu ingin menyapanya.. ..namun aku tak ada hak...dunia
ku dan dunianya belum sama......

Malam sampaikan
padanya,,,,, ,,,banyak hal kuingin lihat darinya....ingin melihat dia tersenyum
menyambutku. ..namun aku belum punya hak akan hal itu.....

Malam sampaikan padanya
jangan pernah dia untuk menyerah.... .jangan termenung akan sesuatu yang yang
bukan haknya.....karena aku takut itu belum waktunya.... ..

Malam sampaikan
padanya....adakah kala melihat warna jingga tapi itu masih kelambu..... ..jadi
teteplah melihat semua apa adanya.....

Malam sungguh aku
rindu padanya ......namun apadaya aku hanya hamba-Nya yang belum memiliki hak
akan semua ini.....maafkan aku yach Allah bila hamba terkadang melampaui
batas....... .izinkan hamba tetep dalam perbatasan.. .tetep merasa takut akan
sesuatu yang belum hamba memilki hak akan itu......








Do'a KU
Ya Allah,
Aku berdoa untuk seorang pemuda, yang akan menjadi sebahagian dari hidupku.
Seorang pemuda yang sungguh mencintaiMU lebih dari segala sesuatu.
Seorang pemuda yang akan meletakkanku pada posisi kedua di hatinya setelah Engkau.
Seorang pemuda yang hidup bukan untuk dirinya sendiri tetapi untukMU.
Seorang pemuda yang mempunyai sebuah hati yang sungguh mencintai dan haus akan Engkau
dan memiliki keinginan untuk menauladani sifat-sifat Agung-Mu.


Ya Rabbi,
Demi cintaMu,
Kurniakanlah aku
Seorang pemuda yang mengetahui bagi siapa dan untuk apa ia hidup,
sehingga hidupnya tidaklah sia-sia.
Seorang pemuda yang memiliki hati yang bijak bukan hanya sekedar otak yang cerdas.
Seorang pemuda yang tidak hanya mencintaiku tetapi juga menghormati aku.
Seorang pemuda yang tidak hanya memujaku tetapi dapat juga menasehati ketika aku berbuat salah.
Seorang pemuda yang mencintaiku bukan karena kecantikanku tetapi karena hatiku.
Seorang pemuda yang dapat menjadi sahabat terbaikku dalam tiap waktu dan situasi.
Seorang pemuda yang dapat membuatku merasa sebagai seorang wanita ketika berada disebelahnya.
Seorang pemuda yang membutuhkan dukunganku sebagai peneguhnya.
Seorang pemuda yang membutuhkan doaku untuk kehidupannya.
Seorang pemuda yang membutuhkan senyumanku untuk mengatasi kesedihannya.
Seorang pemuda yang membutuhkan diriku untuk membuat hidupnya menjadi sempurna.

Dan aku juga meminta padaMu Ya Rahim...

Mudahkanlah aku menjadi seorang perempuan yang dapat membuat pemuda itu bangga.
Berikan aku sebuah hati yang sungguh mencintaiMU,
sehingga aku dapat mencintainya dengan cintaMU,
bukan mencintainya dengan sekedar cintaku.
Berikanlah SifatMU yang lembut sehingga kecantikanku datang dariMU bukan dari luar diriku.
Berilah aku tanganMU sehingga aku selalu mampu berdoa untuknya.
Berikanlah aku penglihatanMU sehingga aku dapat melihat banyak hal baik dalam dirinya
dan bukan hal buruk saja.
Berikan aku mulutMU yang penuh dengan kata-kata kebijaksanaanMU
dan pemberi semangat, sehingga aku dapat mendukungnya setiap hari,
dan aku dapat tersenyum padanya setiap pagi.
Dan bilamana akhirnya kami akan bertemu, aku berharap kami berdua dapat mengatakaan
"Betapa besarnya Engkau kerana telah memberikan kepadaku seseorang yang dapat membuat hidupku menjadi sempurna".
Aku mengetahui bahwa Engkau menginginkan kami bertemu pada waktu yang tepat
dan Engkau akan membuat segala sesuatunya indah pada waktu yang Kautentukan.

Amin Ya Robbal'alamin...





Romantisnya Rasulullah SAW





Buat para suami-suami, seringkali kita memperdebatkan dan memperbincangkan permasalahan yang berkaitan dengan kebahagiaan berumah tangga.

Seorang bapak (suami), pernah bertanya dalam sebuah dialog interaktif konsultasi keluarga di sebuah situs Islam lokal, tentang bagaimana mendapatkan kasih sayang dan pengabdian istri. Dan yang tidak kalah 'heboh', tidak sedikit pertanyaan yang ujung-ujungnya ingin melakukan poligami dengan berbagai alasan tentunya.

Poligami, jelas sangat diperbolehkan dan dicontohkan oleh baginda Rasul meski pun dalam tradisi dan budaya masyarakat kita, beristri lebih dari satu masih merupakan hal yang dianggap tidak lazim bahkan tabu.

Namun sepertinya, ada hal yang sering terlupakan oleh para suami, sudahkah kita mencontoh Rasulullah dalam urusan romantisme berumahtangga? Sehingga Nabi SAW -karena romantismenya yang luar biasa terhadap para istri beliau- tidak pernah kita mendengar ada masalah yang besar dalam rumah tangga bersama para istrinya.

Jadi, untuk sementara kesampingkan dulu masalah seperti ketidakbahagiaan beristri yang usianya lebih tua, rumahtangga tidak harmonis, sehingga memunculkan wacana yang saat ini sedang ngetrend; poligami.

Padahal sesungguhnya jika kita mau merenunginya kembali, bisa jadi permasalahan utamanya sangat sederhana; kita kurang romantis!

Mari kemudian kita cermati tauladan dari Rasulullah, manusia agung yang sangat romantis terhadap istri-istrinya sebelum kita bicarakan niat atau kemungkinan untuk berpoligami.

Rasulullah SAW adalah contoh yang terbaik seorang suami yang mengamalkan sistem Poligami. Baginda Nabi sangat romantis kepada semua istrinya.

Dalam satu kisah diceritakan, pada suatu hari istri-istri Rasul berkumpul ke hadapan suaminya dan bertanya, "Diantara istri-istri Rasul, siapakah yang paling disayangi?". Rasulullah SAW hanya tersenyum lalu berkata, "Aku akan beritahukan kepada kalian nanti"

Setelah itu, dalam kesempatan yang berbeda, Rasulullah memberikan sebuah kepada istri-istrinya masing-masing sebuah cincin seraya berpesan agar tidak memberitahu kepada istri-istri yang lain.

Lalu suatu hari hari para istri Rasulullah itu berkumpul lagi dan mengajukan pertanyaan yang sama. Lalu Rasulullah SAW menjawab, "Yang paling aku sayangi adalah yang kuberikan cincin kepadanya". Kemudian, istri-istri Nabi SAW itu tersenyum puas karena menyangka hanya dirinya saja yang mendapat cincin dan merasakan bahwa dirinya tidak terasing.

Masih ada amalan-amalan lain yang bisa dilakukan untuk mendapatkan suasana romatis seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW. Rasulullah SAW pernah bersabda, "Apabila pasangan suami istri berpegangan tangan, dosa-dosa akan keluar melalui celah-celah jari mereka".

Rasulullah SAW selalu berpegangan tangan dengan Aisyah ketika di dalam rumah. Beliau acapkali memotong kuku istrinya, mandi janabat bersama, atau mengajak salah satu istrinya bepergian, setelah sebelumnya mengundinya untuk menambah kasih dan sayang di antara mereka.

Baginda Nabi SAW juga selalu memanggil istri-istrinya dengan panggilan yang menyenangkan dan membuat hati berbunga-bunga. "Wahai si pipi kemerah-merahan" adalah contoh panggilan yang selalu beliau ucapkan tatkala memanggil Aisyah.

Itulah sedikit contoh romantisme Rasulullah SAW yang dapat kita teladani dan praktekkan dalam kehidupan berumahtangga. Tentu, masih banyak contoh romantisme lainnya.

Kepada suami-suami yang baik, mulailah bersikap lembut dan berupaya membuat sang istri selalu mengembang senyumnya. Peganglah tangan istri anda setiap waktu, setiap kesempatan.

Begitu pula para istri-istri yang sholehah, peganglah juga tangan suami anda untuk menghapuskan segala dosa-dosa.

Jadi, jika kita bisa meniru romantisme ala Rasul, sehingga istri pun membalas dengan yang tidak kalah romantisnya, masalah mana lagi yang sempat mampir dalam bahtera rumahtangga kita?

Ibarat kata, tidak ada makanan di rumah pun bisa diselesaikan berdua dengan tetap tersenyum, bukan begitu?




Bekerja adalah suatu kewajiban, dan yang lebih mengasyikkan bahwa bekerja adalah ibadah. Namun, jangan salah mengartikan “bekerja adalah ibadah” sama dengan bekerja tanpa menuntut gaji/upah, dikarenakan sudah mendapat pahala dari bekerja sebagai ibadah tadi. Pengertian ibadah disini adalah kita mengikuti sunnah Rasulullah Saw, beliau dalam salah satu sunnahnya bersabda: “Bekerjalah kamu seolah-olah kamu akan hidup seribu tahun lagi, dan beribadahlah kamu seakan-akan kamu akan mati esok!”

Dalam arti luas, yang dimaksudkan bekerja sebagai ibadah adalah, karena dengan bekerja inilah seseorang (laki-laki/kepala keluarga) dapat menggunakan pekerjaannya sebagai ma’isah (nafkah) bagi keluarganya, dapat bershodaqoh, dapat menolong saudara-saudaranya, dan dapat membiayai aktivitas dakwahnya (bagi aktivis dakwah). Satu hal lagi yang tidak kalah penting jika seseorang bekerja maka dia akan dapat menjaga diri dari meminta-minta.

Tidak semua orang menganggap bahwa pekerjaan yang menghasilkan uang/materi banyak adalah suatu kepuasan dan kenikmatan serta keberhasilan dalam hal keduniawian. Jelas anggapan ini salah, karena parameternya tidak hanya nilai materi yang didapat dari sebuah pekerjaan/usaha. Jika pekerjaan lebih banyak menyita waktu maka ada infestasi waktu yang hilang, baik untuk keluarga atau aktivitas lainnya (sosial dan dakwah). Belum lagi jikalau ditinjau dari kadar halal dan haramnya, serta di mana orang itu bekerja.

Dalam sebuah obrolan seorang kawan yang sudah bekerja di sebuah perusahaan jasa menyatakan, “Dahulu, semasa kita duduk di bangku kuliah kita pernah turun aksi memboikot produk apa saja yang berindikasi dari Amerika dan Yahudi tapi sekarang perusahaan yang ada di negeri kita dikuasai mereka yang notabene non-muslim, dan beberapa ikhwah ikut bekerja di sana (perusahaan non-muslim). Begitu juga maraknya pemurtadan di tanah air, lantas dari mana dana mereka dapatkan? Terus bagaimana jika kita bekerja kepada mereka?” Begitu kira-kira inti pernyataanya.

Sementara pada saat ramai-ramainya seruan boikot terhadap produk Amerika, Syaikh Yusuf Qordhowi mengatakan bahwa uang yang masuk ke perusahaan mereka akan digunakan untuk biaya memerangi Umat Islam, membantai saudara-saudara kita di Palestina, Cechnya, Afghanistan dan lain-lain.

Ada juga yang menyatakan kalau kita kerja kepada orang Nashrani pasti ada keringat kita yang digunakan untuk biaya operasional program pemurtadan mereka. Kawan yang lain menimpali tentang suasana kerja yang cenderung ikhtilat (bercampur laki-laki dan perempuan) saat di kantor. Ditambah ketika harus berjabat tangan dengan atasan yang lain jenis, tentu ini sangat membingungkan saudara-saudara kita ini.

Kemudian masalah ini menimbulkan keragu-raguan dalam hati mereka, apakah harus tetap bekerja di tempat itu. Terus bagaimana jika hendak memulai usaha sendiri sementara modal belum ada? Mau keluar dari pekerjaan ragu, karena cari kerja saja lagi susah, dan segudang permasalahan di tempat kerja menjadi dilematis, kata pepatah laksana makan buah cimalakama.

Permasalahanpun rame-rame dikonsultasikan kepada saudara-saudara yang tingkat tarbiyahnya lebih tinggi termasuk ustadz-ustadz. Berbagai jawaban diperoleh dari mereka, seperti:

Pertama, perbanyak istighfar, karena bagaimanapun keluarga masih membutuhkan ma’isah untuk kelangsungan hidup dan ibadah mereka. Tindakan ini dilakukan selama masa tunggu dengan pekerjaan yang lebih sesuai dengan harapannya.

Kedua, selalu minta petunjuk dan bimbingan kepada Allah SWT, karena Dia Mahamengetahui segala urusan yang sedang dihadapi hamba-hamba-Nya. Meminta petunjuk agar dipilihkan pekerjaan yang lebih cocok dan mendukung aktivitas dakwahnya dan meminta agar selama bekerja di tempat abu-abu (subhat) -yang penuh dengan fitnah- diberikan bimbingan agar dapat membedakan mana yang haq dan mana yang bathil dan dijauhkan dari perbuatan ahli neraka.

Ketiga, luruskan niat, saat kita bekerja tujuan kita adalah untuk mendapatkan rezeki yang halal yang akan kita gunakan untuk ibadah (menafkahi diri sendiri, keluarga, shodaqoh, biaya dakwah, dll). Niat kita tidak untuk mengabdi kepada mereka (kafirin) apalagi menjadi budak mereka.

Niat, ya dengan niat inilah kita akan selalu terkontrol dalam beramal. Dengan niat ini pula kita akan digiring kembali kepada tujuan awal kita saat akan bekerja, dan dengan niat ini pula kita akan dimintai pertanggungjawaban dari amalan yang kita kerjakan.

Niat yang baik dan benar akan melahirkan motivasi internal tersendiri, yang kuat. Niat yang mulia bagi seorang aktivis dakwah akan melahirkan ghirah untuk merubah kondisi di mana dia ditempatkan, dia akan menjadi agent of change yang kelak diharapkan akan mewarnai lingkungan dimana dia beraktivitas.

Jadi, seorang muslim dalam segala aktivitasnya hendaklah selalu meniatkan dengan selurus-lurusnya niat, dan senantiasa memohon petunjuk kepada Allah Swt. Dalam hal pekerjaan maka carilah yang benar-banar bersih dari hal-hal maksiyat dan khurafat. Orang Yunani pun mengatakan “ora et labora”



ReadMore...

Share