Kajian dan Ibrah

10 Feb 2011
Hukum Merayakan Hari Valentine Menurut Islam

Di Tahun 2011 ini, Tepatnya Bulan Februari, yang kita ketahui selama ini Bulan Februari adalah Identik dengan Valentine Day's atau hari kasih sayang, nah.. Kasih sayang Kita Untuk Tahun 2011 ini akan bener-benar di Uji Oleh Allah SWT, 14 Februari 2011 = Dimana sering di Rayakan Nya Valentine Day's, sedangkan 15 Februari 2011 = Bertepatan dengan Keujian yang ana sampaikan tadi, yaitu Maulid Nabi Muhammad Saw, jadi ana akan mencoba membuka mata hati kita semua, dan mencoba menjelaskan yang mungkin selama ini kita Tidak tau, semoga Rahmat dan Hidayahnya sampai Kepada kita semua, amiin..
Nah.. kembali pada Kasih Sayang tadi, Untuk Tahun 2011 ini sayang kita benar di Uji, The Power Of Love jangan sampai tidak tepat sasaran,

Sejarah Valentine’s Day

The World Book Encyclopedia (1998) melukiskan banyaknya versi mengenai Valentine’s Day :

“Some trace it to an ancient Roman festival called Lupercalia. Other experts connect the event with one or more saints of the early Christian church. Still others link it with an old English belief that birds choose their mates on February 14. Valentine’s Day probably came from a combination of all three of those sources–plus the belief that spring is a time for lovers.”

Perayaan Lupercalia adalah rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno (13-18 Februari). Dua hari pertama, dipersembahkan untuk dewi cinta (queen of feverish love) Juno Februata. Pada hari ini, para pemuda mengundi nama –nama gadis di dalam kotak. Lalu setiap pemuda mengambil nama secara acak dan gadis yang namanya keluar harus menjadi pasangannya selama setahun untuk senang-senang dan obyek hiburan. Pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan dewa Lupercalia dari gangguan serigala. Selama upacara ini, kaum muda melecut orang dengan kulit binatang dan wanita berebut untuk dilecut karena anggapan lecutan itu akan membuat mereka menjadi lebih subur.

Ketika agama Kristen Katolik masuk Roma, mereka mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani, antara lain mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I (Lihat: The Encyclopedia Britannica, sub judul: Christianity). Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (Lihat: The World Book Encyclopedia 1998).

The Catholic Encyclopedia Vol. XV sub judul St. Valentine menuliskan ada 3 nama Valentine yang mati pada 14 Februari, seorang di antaranya dilukiskan sebagai yang mati pada masa Romawi. Namun demikian tidak pernah ada penjelasan siapa “St. Valentine” termaksud, juga dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya karena tiap sumber mengisahkan cerita yang berbeda.

Menurut versi pertama, Kaisar Claudius II memerintahkan menangkap dan memenjarakan St. Valentine karena menyatakan tuhannya adalah Isa Al-Masih dan menolak menyembah tuhan-tuhan orang Romawi. Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan. Orang-orang yang mendambakan doa St. Valentine lalu menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya.

Versi kedua menceritakan bahwa Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat dalam medan peperangan dari pada orang yang menikah. Kaisar lalu melarang para pemuda untuk menikah, namun St. Valentine melanggarnya dan diam-diam menikahkan banyak pemuda sehingga iapun ditangkap dan dihukum gantung pada 14 Februari 269 M (Lihat: The World Book Encyclopedia, 1998).

Kebiasaan mengirim kartu Valentine itu sendiri tidak ada kaitan langsung dengan St. Valentine. Pada 1415 M ketika the Duke of Orleans dipenjara di Tower of London, pada perayaan hari gereja mengenang St. Valentine 14 Februari, ia mengirim puisi kepada istrinya di Perancis. Kemudian Geoffrey Chaucer, penyair Inggris mengkaitkannya dengan musim kawin burung dalam puisinya (Lihat: The Encyclopedia Britannica, Vol.12 hal.242 , The World Book Encyclopedia, 1998).

Lalu bagaimana dengan ucapan “Be My Valentine?” Ken Sweiger dalam artikel “Should Biblical Christians Observe It?” (www.korrnet.org) mengatakan kata “Valentine” berasal dari Latin yang berarti : “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi. Maka disadari atau tidak, -tulis Ken Sweiger- jika kita meminta orang menjadi “to be my Valentine”, hal itu berarti melakukan perbuatan yang dimurkai Tuhan (karena memintanya menjadi “Sang Maha Kuasa”) dan menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala. Dalam Islam hal ini disebut Syirik, yang artinya menyekutukan Allah Subhannahu wa Ta’ala. Adapun Cupid (berarti: the desire), si bayi bersayap dengan panah adalah putra Nimrod “the hunter” dewa Matahari. Disebut tuhan Cinta, karena ia rupawan sehingga diburu wanita bahkan ia pun berzina dengan ibunya sendiri!

Saudaraku, itulah sejarah Valentine’s Day yang sebenarnya, yang seluruhnya tidak lain bersumber dari paganisme orang musyrik, penyembahan berhala dan penghormatan pada pastor. Bahkan tak ada kaitannya dengan “kasih sayang”, lalu kenapa kita masih juga menyambut Hari Valentine? Adakah ia merupakan hari yang istimewa? Adat? Atau hanya ikut-ikutan semata tanpa tahu asal muasalnya?

Bila demikian, sangat disayangkan banyak teman-teman kita -remaja putra-putri Islam- yang terkena penyakit ikut-ikutan mengekor budaya Barat dan acara ritual agama lain. Padahal Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman yang artinya: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan diminta pertangggungjawabannya.” (QS. Al-Isra’ : 36).

Hukum Merayakan Hari Valentine Menurut Islam

Keinginan untuk ikut-ikutan memang ada dalam diri manusia, akan tetapi hal tersebut menjadi tercela dalam Islam apabila orang yang diikuti berbeda dengan kita dari sisi keyakinan dan pemikirannya. Apalagi bila mengikuti dalam perkara akidah, ibadah, syi’ar dan kebiasaan. Padahal Rasul Shallallaahu alaihi wa Salam telah melarang untuk mengikuti tata cara peribadatan selain Islam: “Barang siapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut.” (HR. At-Tirmidzi).

Bila dalam merayakannya bermaksud untuk mengenang kembali Valentine maka tidak disangsikan lagi bahwa ia telah kafir. Adapun bila ia tidak bermaksud demikian maka ia telah melakukan suatu kemungkaran yang besar. Ibnul Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah berkata, “Memberi selamat atas acara ritual orang kafir yang khusus bagi mereka, telah disepakati bahwa perbuatan tersebut haram. Semisal memberi selamat atas hari raya dan puasa mereka, dengan mengucapkan, “Selamat hari raya!” dan sejenisnya. Bagi yang mengucapkannya, kalau pun tidak sampai pada kekafiran, paling tidak itu merupakan perbuatan haram. Karena berarti ia telah memberi selamat atas perbuatan mereka yang menyekutukan Allah. Bahkan perbuatan tersebut lebih besar dosanya di sisi Allah dan lebih dimurkai dari pada memberi selamat atas perbuatan minum khamar atau membunuh. Banyak orang yang kurang mengerti agama terjerumus dalam suatu perbuatan tanpa menyadari buruknya perbuatan tersebut. Seperti orang yang memberi selamat kepada orang lain atas perbuatan maksiat, bid’ah atau kekufuran maka ia telah menyiapkan diri untuk mendapatkan kemarahan dan kemurkaan Allah.”

Abu Waqid Radhiallaahu anhu meriwayatkan: Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam saat keluar menuju perang Khaibar, beliau melewati sebuah pohon milik orang-orang musyrik, yang disebut dengan Dzaatu Anwaath, biasanya mereka menggantungkan senjata-senjata mereka di pohon tersebut. Para sahabat Rasulullah berkata, “Wahai Rasulullah, buatkan untuk kami Dzaatu Anwaath, sebagaimana mereka mempunyai Dzaatu Anwaath.” Maka Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda, “Maha Suci Allah, ini seperti yang diucapkan kaum Nabi Musa, ‘Buatkan untuk kami tuhan sebagaimana mereka mempunyai tuhan-tuhan.’ Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya, sungguh kalian akan mengikuti kebiasaan orang-orang yang ada sebelum kalian.” (HR. At-Tirmidzi, ia berkata, hasan shahih).

Syaikh Al-Utsaimin rahimahullah ketika ditanya tentang Valentine’s Day mengatakan : “Merayakan hari Valentine itu tidak boleh, karena:

Pertama: ia merupakan hari raya bid‘ah yang tidak ada dasar hukumnya di dalam syari‘at Islam.

Kedua: ia dapat menyebabkan hati sibuk dengan perkara-perkara rendahan seperti ini yang sangat bertentangan dengan petunjuk para salaf shalih (pendahulu kita) – semoga Allah meridhai mereka. Maka tidak halal melakukan ritual hari raya, baik dalam bentuk makan-makan, minum-minum, berpakaian, saling tukar hadiah ataupun lainnya. Hendaknya setiap muslim merasa bangga dengan agamanya, tidak menjadi orang yang tidak mempunyai pegangan dan ikut-ikutan. Semoga Allah melindungi kaum muslimin dari segala fitnah (ujian hidup), yang tampak ataupun yang tersembunyi dan semoga meliputi kita semua dengan bimbingan-Nya.”

Maka adalah wajib bagi setiap orang yang mengucapkan dua kalimat syahadat untuk melaksanakan wala’ dan bara’ (loyalitas kepada muslimin dan berlepas diri dari golongan kafir) yang merupakan dasar akidah yang dipegang oleh para salaf shalih. Yaitu mencintai orang-orang mu’min dan membenci dan menyelisihi (membedakan diri dengan) orang-orang kafir dalam ibadah dan perilaku.

Di antara dampak buruk menyerupai mereka adalah: ikut mempopulerkan ritual-ritual mereka sehingga terhapuslah nilai-nilai Islam. Dampak buruk lainnya, bahwa dengan mengikuti mereka berarti memperbanyak jumlah mereka, mendukung dan mengikuti agama mereka, padahal seorang muslim dalam setiap raka’at shalatnya membaca, “Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (QS. Al-Fatihah : 6-7).

Bagaimana bisa ia memohon kepada Allah agar ditunjukkan kepadanya jalan orang-orang yang mukmin dan dijauhkan darinya jalan golongan mereka yang sesat dan dimurkai, namun ia sendiri malah menempuh jalan sesat itu dengan sukarela. Lain dari itu, mengekornya kaum muslimin terhadap gaya hidup mereka akan membuat mereka senang serta dapat melahirkan kecintaan dan keterikatan hati.

Allah Subhannahu wa Ta’ala telah berfirman, yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Maidah : 51).

“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya.” (QS. Al-Mujadilah : 22).

Ada seorang gadis mengatakan, bahwa ia tidak mengikuti keyakinan mereka, hanya saja hari Valentine tersebut secara khusus memberikan makna cinta dan suka citanya kepada orang-orang yang memperingatinya.

Saudaraku! Ini adalah suatu kelalaian, padahal sekali lagi: Perayaan ini adalah acara ritual agama lain! Hadiah yang diberikan sebagai ungkapan cinta adalah sesuatu yang baik, namun bila dikaitkan dengan pesta-pesta ritual agama lain dan tradisi-tradisi Barat, akan mengakibatkan seseorang terobsesi oleh budaya dan gaya hidup mereka.

Mengadakan pesta pada hari tersebut bukanlah sesuatu yang sepele, tapi lebih mencerminkan pengadopsian nilai-nilai Barat yang tidak memandang batasan normatif dalam pergaulan antara pria dan wanita sehingga saat ini kita lihat struktur sosial mereka menjadi porak-poranda.

Alhamdulillah, kita mempunyai pengganti yang jauh lebih baik dari itu semua, sehingga kita tidak perlu meniru dan menyerupai mereka. Di antaranya, bahwa dalam pandangan kita, seorang ibu mempunyai kedudukan yang agung, kita bisa mempersembahkan ketulusan dan cinta itu kepadanya dari waktu ke waktu, demikian pula untuk ayah, saudara, suami …sal lain sebagainya, tapi hal itu tidak kita lakukan khusus pada saat yang dirayakan oleh orang-orang kafir.

Semoga Allah Subhannahu wa Ta’ala senantiasa menjadikan hidup kita penuh dengan kecintaan dan kasih sayang yang tulus, yang menjadi jembatan untuk masuk ke dalam Surga yang hamparannya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.

Menyampaikan Kebenaran adalah kewajiban setiap Muslim. Kesempatan kita saat ini untuk berdakwah adalah dengan menyampaikan buletin ini kepada saudara-saudara kita yang belum mengetahuinya.

Kasih Sayang dalam Islam

Firman Allah SWT: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menjadikan kamu dari seorang laki-laki dan seorang wanita, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya saling mengenal. Sesungguhnya orang mulia diantara kamu disisi Allah adalah orang yang paing bertaqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Lagi Maha Mengenal.” (QS. al-Hujurat :13).

Sebenarnya dalam Islam tidak mengenal Hari Kasih Sayang, kasih sayang dalam Islam terhadap sesama tidaklah terbatas dengan waktu dan dimanapun berada, baik untuk keluarga, kerabat, dan sahabat yang semuanya masih dalam koridor-koridor agama Islam itu sendiri. Nabi SAW bersabda : “Tidaklah beriman seseorang diantara kamu, hingga kamu mencintai saudaramu seperti kamu mencintai dirimu sendiri.” (HR. Bukhari).

Islam sangat melarang keras untuk saling membenci dan bermusuhan, namun sangat menjunjung tinggi akan arti kasih sayang terhadap umat manusia. Rasulullah SAW bersabda : “Janganlah kamu saling membenci, berdengki-dengkian, saling berpalingan, dan jadilah kamu sebagai hamba-hamba Allah yang bersaudara. Juga tidak dibolehkan seorang muslim meninggalkan (tidak bertegur sapa) terhadap sudaranya lewat tiga hari.” (HR. Muslim).

Disini jelas bahwa kita dianjurkan sekali untuk saling menjaga dan menghargai antar sesama sebagai tanda kasih sayang yang mesti dihormati. Hal ini untuk menghindari berbagai keburukan serta dapat mengenal antar sesama untuk memperkuat dan menjaga tali persaudaraan. Dalam hadits Nabi SAW: “Perumpamaan orang-orang Mukmin dalam hal kecintaan, kasih-sayang dan belas kasihan sesama mereka, laksana satu tubuh. Apabila sakit satu anggota dari tubuh tersebut maka akan menjalarlah kesakitan itu pada semua anggota tubuh itu dengan menimbulkan insomnia (tidak bisa tidur) dan demam (panas dingin).” (HR. Muslim).

Bahkan dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Baihaqi melalui Anas ra. Nabi bersabda : “Tidak akan masuk surga kecuali orang yang penyayang”, jadi jelas bahwa yang masuk surga itu hanyalah orang-orang yang mempunyai rasa kasih sayang yang tanpa dibarengi dengan niat-niat jelek.

Dengan datangnya Valentine’s Day dikhawatirkan bagi kaum muda-mudi yang tidak mengerti akan mampu terjerumus dalam hal-hal negatif dengan mentafsirkan kasih sayang di hari yang special ini. Firman Allah SWT: “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS. al-Israa’ : 32), yakni perbuatan yang dilarang oleh agama baik secara terang-terangan maupun yang tersembunyi. Oleh karena itu kita mesti sadar apa arti yang sesungguhnya sebuah kasih sayang.

Selain itu pula dijelaskan dalam perkara mencintai seseorang tidaklah boleh untuk berlebihan yang akan mengakibatkan penyesalan dan sia-sia belaka. Sebagai etika untuk seorang muslim, Rasulullah SAW bersabda : “Cintailah kekasihmu (secara) sedang-sedang saja, siapa tahu disuatu hari dia akan menjadi musuhmu; dan bencilah orang yang engkau benci (secara) biasa-biasa saja, siapa tahu di suatu hari dia akan menjadi kecintaanmu.” (HR. Turmidzi).




09 Feb 2011
Tradisi Selamatan Kematian pada hari ke-7, 40, 100, atau 1000 har = BID'AH


Ini juga perkataan yang muncul ketika seseorang disanggah mengenai bid’ah yang dia lakukan. Ketika ditanya, “Kenapa kamu masih merayakan 3 hari atau 40 hari setelah kematian?” Dia menjawab, “Ini kan sudah jadi tradisi kami …”

Jawaban seperti ini sama halnya jawaban orang musyrik terdahulu ketika membela kesyirikan yang mereka lakukan. Mereka tidak memiliki argumen yang kuat berdasarkan dalil dari Allah dan Rasul-Nya. Mereka hanya bisa beralasan,

إِنَّا وَجَدْنَا آَبَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى آَثَارِهِمْ مُقْتَدُونَ

"Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka". (QS. Az Zukhruf [43] : 22)

Saudaraku yang semoga selalu dirahmati Allah, setiap tradisi itu hukum asalnya boleh dilakukan selama tidak bertentangan dengan hukum syari’at dan selama tidak ada unsur ibadah di dalamnya. Misalnya, santun ketika berbincang-bincang dengan yang lebih tua, ini adalah tradisi yang bagus dan tidak bertentangan dengan syari’at. Namun, jika ada tradisi dzikir atau do’a tertentu pada hari ketiga, ketujuh, atau keempat puluh setelah kematian, maka ini adalah bid’ah karena telah mencampurkan ibadah dalam tradisi dan mengkhususkannya pada waktu tertentu tanpa dalil.

Jadi, bid’ah juga bisa terdapat dalam tradisi (adat) sebagaimana perkataan Asy Syatibi, “Perkara non ibadah (‘adat) yang murni tidak ada unsur ibadah, maka dia bukanlah bid’ah. Namun jika perkara non ibadah tersebut dijadikan ibadah atau diposisikan sebagai ibadah, maka bisa termasuk dalam bid’ah.” (Al I’tishom, 1/348)

Dan sedikit tambahan bahwa tradisi yang diposisikan sebagai ibadah sebenarnya malah akan menyusahkan umat Islam. Misalnya saja tradisi selamatan kematian pada hari ke-7, 40, 100, atau 1000 hari. Syari’at sebenarnya ingin meringankan beban pada hambanya. Namun, karena melakukan bid’ah semacam ini, beban hamba tersebut bertambah. Sebenarnya melakukan semacam ini tidak ada tuntunannya, malah dijadikan sebagai sesuatu yang wajib sehingga membebani hamba. Bahkan kadang kami menyaksikan sendiri di sebuah desa yang masih laris di sana tradisi selamatan kematian. Padahal kehidupan kebanyakan warga di desa tersebut adalah ekonomi menengah ke bawah. Lihatlah bukannya dengan meninggalnya keluarga, dia diringankan bebannya oleh tetangga sekitar. Malah tatkala kerabatnya meninggal, dia harus mencari utang di sana-sini agar bisa melaksanakan selamatan kematian yang sebenarnya tidak ada tuntunannya. Akhirnya karena kematian kerabat bertambahlah kesedihan dan beban kehidupan. Kami memohon kepada Allah, semoga Allah memperbaiki kondisi bangsa ini dengan menjauhkan kita dari berbagai amalan yang tidak ada tuntunannya.

Hanya Allah yang beri taufik.




01 Feb 2011
Kemaksiatan, akan Melahirkan Kemaksiatan Lainya

Sesungguhnya kemaksiatan yang dilakukan seorang hamba akan melahirkan kemaksiatan-kemaksiatan yang lain, sehingga pelakunya susah dan berat meninggalkannya. Sebagian salaf mengatakan, "Sesungguhnya di antara hukuman keburukan adalah terjadinya keburukan setelahnya, dan sesungguhnya di antara pahala kebaikan adalah kebaikan setelahnya." Jika seorang hamba telah melakukan sebuah kebaikan, maka kebaikan yang berada di dekatnya mengatakan, "Hendaklah engkau mengamalkan aku juga!" Jika dia telah mengamalkan kebaikan kedua, maka kebaikan ketiga akan mengatakan seperti itu juga, dan begitu seterusnya. Sehingga kebaikan selalu bertambah dan keuntungan berlipat ganda.
Sebaliknya, keburukan juga seperti itu. Maka akhirnya ketaatan dan kemaksiatan itu menjadi sifat yang melekat dan keadaan yang tetap ada pada pelakunya. Jika seorang muhsin (orang yang sudah terbiasa berbuat ketaatan dengan sebaik-baiknya) meninggalkan ketaatan-ketaatan, maka jiwanya tertekan, bumi yang luas terasa sempit, dan dia merasa seperti ikan yang meninggalkan air. Sampai dia kembali melaksanakan ketaatan-ketaatan, maka jiwanya akan menjadi tenang dan hatinya menjadi tenteram. Sebaliknya, jika seorang mujrim (orang yang sudah terbiasa melakukan kemaksiatan-kemaksiatan yang besar) meninggalkan kemaksiatan dan menuju ketaatan, maka jiwanya tertekan, dadanya terasa sempit, sampai dia terbiasa melaksanakan ketaatan-ketaatan. (Lihat Ad-Da' wa Dawa' karya Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah).
Hal ini diisyaratkan di dalam sebuah hadits Nabi Muhammmad SAW dengan sabda Beliau, "Hendaklah kamu selalu jujur, karena sesungguhnya jujur itu akan menuntun menuju kebaikan, dan sesungguhnya kebaikan itu akan menuntun kepada surga. Dan tidaklah seseorang selalu berkata jujur dan berusaha menetapi kejujuran, sampai dia ditulis di sisi Allah SWT sebagai orang yang sangat jujur. Dan hendaklah kamu selalu menjauhi dusta, karena sesungguhnya dusta itu akan menuntun menuju kemaksiatan, dan sesungguhnya kemaksiatan itu akan menuntun menuju neraka. Dan tidaklah seseorang selalu berkata dusta dan selalu memilih kedustaan, sampai dia ditulis di sisi Allah SWT sebagai orang yang pendusta." (HR. Muslim dari 'Abdullah bin Mas'ud).
Oleh karena itu Allah SWT melarang kemaksiatan dan sarana-sarananya. Allah SWT telah mengharamkan perbuatan-perbuatan keji, baik yang nampak maupun yang tidak nampak. Allah SWT juga melarang mendekati perbuatan-perbuatan keji itu dan sebab-sebab yang menghantarkan kepadanya. Semua itu sebagai rahmat-Nya kepada para hamba dan menjaga mereka dari perkara yang membahayakan mereka di dunia dan akhirat.
Di antara perbuatan keji yang telah Allah SWT haramkan di dalam Kitab-Nya dan lewat lisan Rasul-Nya adalah zina. Allah SWT berfirman, "Dan janganlah kamu mendekati zina, Sesungguhnya zina itu suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk." (QS. Al-Isra :32).
Sarana-sarana yang menghantarkan menuju zina juga diharamkan, seperti wanita ke luar rumah memakai parfum, membuka aurat kepada orang lain, berbicara manja kepada laki-laki yang bukan mahram, bersafar tanpa mahram, ikhtilath (campur baur laki-laki dan perempuan), khalwat (laki-laki berduaan dengan wanita yang bukan mahramnya), tabarruj (perbuatan wanita yang memamerkan dandanan dan perhiasan), mengumbar pandangan kepada wanita yang bukan mahram, dan lain-lain.
Ketika larangan Allah SWT diterjang, maka apakah yang terjadi? Kemaksiatan berantai membelenggu sang pelaku. Akhirnya berujung kepada zina. Ketika si wanita telah hamil karena zina, aborsi ditempuh sebagai solusi. Dengan banyaknya perzinaan, maka aborsi juga semakin meningkat pesat. Padahal di dalam perbuatan aborsi terdapat berbagai bahaya dan pelanggaran syari'at yang dilakukan. Maka perlu ada usaha bersama untuk membendung perilaku menyimpang dari agama ini, sehingga harapan meraih kebahagiaan dunia dan akhirat bisa diraih oleh umat ini dengan ridha Ilahi.
Diambil dari Majalah As-Sunnah





31 Jan 2011
Sehat Islami : Pilih Yang Halal Sekaligus Thayyib







 



Saat ini, tidak sedikit orang yang mencari harta tapi tidak mengindahkan halal dan haramnya. Yang halal pun terkadang tidak diproduk dengan baik. Dalam arti, memproduksi makanan yang tidak bermutu dan bergizi.
Etika produksi tidak dipedulikan lagi. Kemudian makanan dengan kandungan bahan-bahan kimiawi yang membahayakan atau menjual makanan kadaluarsa dengan kemasan yang menarik dijual. Semuanya demi meraup keuntungan sebesar-besarnya, walaupun membahayakan orang lain.
Inilah zaman, sebagaimana telah disabdakan oleh Rasulullah SAW, “Akan tiba suatu zaman di mana orang tidak peduli lagi terhadap harta yang diperoleh, apakah ia halal atau haram.” (HR Bukhari).
Dalam Islam, ada etika untuk memproduksi dan tidak sembarang memakan. Semua ini diatur agar manusia menjadi sehat, baik jasmani maupun rohani.
Agama Islam tidak hanya mengatur tata cara ritual peribadatan, akan tetapi aspek-aspek yang mendukung beribadah juga diatur, seperti kesehatan. Rasulullah SAW menganjurkan untuk menjaga kondisi tubuh, agar bisa menunaikan ibadah dengan sempurna.
Rasulullah SAW pernah menyuruh Abbas untuk berdoa memohon kesehatan. “Wahai Abbas, mohonlah kepada Allah SWT untuk kesehatanmu di dunia ini dan di akhirat nanti.” (HR. Tirmidzi).
Anjuran Rasulullah SAW menjaga kesehatan itu salah satu di antaranya adalah menjaga perut dari hal-hal yang menimbulkan penyakit.
Diriwayatkan, Rasulullah SAW pernah menggambarkan: "Tidak ada bejana yang lebih buruk yang diisi oleh manusia melainkan perutnya sendiri. Cukuplah seseorang itu mengonsumsi beberapa kerat makanan yang dapat menegakkan tulang punggungnya. Jika terpaksa, maka ia bisa mengisi sepertiga perutnya dengan makanan, sepertiga lagi dengan minuman, dan sepertiga sisanya untuk nafas."(HR.Ahmad dan Tirmidzi).
Hadis tersebut memberi pelajaran bahwa kita tidak boleh sembarangan memakan. Ada aturan dan batasan-batasan untuk menjaga keseimbangan tubuh. Hal itu agar terjadi stabilitas dan harmonisasi antara tubuh dan jiwa manusia. Sehingga ia menjadi orang yang kuat, tidak hanya kuat jasmani tapi ruhaninya juga tangguh.
Bahkan Rasulullah SAW cukup piawai dalam ilmu pengobatan dan penjegahan penyakit.
Seperti tertulis dalam Kitab Tibb al-Nabawi karya Ibn Qayyim al-Jauziyyah yang berisi himpunan cara Nabi SAW dalam pengobatan dan terapi penyakit baik fisik maupun hati.
Dalam kitab itu, diungkapkan bahwa menurut Rasulullah SAW, perlindungan itu lebih baik daripada mengobati (al-wiqayah khoirun minal ‘Ilaj). Menjaga kesehatan merupakan obat yang paling besar untuk menghadapi penyakit.
Lantas bagaimana Islam mengatur keseimbangan jasmani dan ruhani agar tetap sehat?
Al-Qur’an telah memberi petunjuk yaitu, memakan yang halal dan yang baik-baik (thayyib). Allah SWT berfirman: “Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi.” (QS.al-Baqarah : 168).

Di ayat yang lain Allah SWT juga memberi anjuran yang sama. Surat Al Maidah ayat 88 “Dan makanlah makanan yang halal lagi baik (thayib) dari apa yang telah dirizkikan kepadamu dan bertaqwalah kepada Allah dan kamu beriman kepada-Nya.”
Allah SWT memerintahkan untuk tidak memakan makanan haram sebab itu membahayakan jasmani dan ruhani. Tidak hanya itu, untuk penjagaan tersebut, Allah SWT juga memerintahkan untuk tidak sekedar memilih makanan, akan tetapi pilihlah makanan yang baik-baik.

Makanan yang halal dan thoyyib adalah dalam rangka menjaga jasmani dan ruhani. Penjagaan jasmani dengan memilih yang thoyyib. Artinya, memakan makanan yang bergizi, dan mempunyai fungsi yang baik untuk kesehatan tubuh.
Islam menyuruh kita untuk menjauhi barang yang diharamkan karena makanan yang dimakan akan mendarah daging dalam tubuh. Hal ini bisa menjadi salah satu penyebab doa seseorang tidak di ijabah oleh Allah SWT.
Penjagaan ruhaniyah dengan memakan makanan yang halal. Allah SWT telah mengatur semuanya, bahwa makanan-makanan yang dihalalkan itu sudah cukup bagi manusia untuk melangsungkan hidup dan menjaga kesehatan. Sehingga tidak perlu lagi untuk memakan yang haram.
Allah SWT berfirman: “Makanlah di antara rezki yang baik yang telah Kami berikan kepadamu, dan janganlah melampaui batas padanya, yang menyebabkan kemurkaan-Ku menimpamu. Dan barangsiapa ditimpa oleh kemurkaan-Ku, maka sesungguhnya binasalah ia.” (QS. Thaaha:81)
Makanya, orang yang mamakan makanan haram sesungguhnya orang yang berlebih-lebihan. Orang yang mengkonsumsi makanan secara berlebihan tentu tidak baik untuk kesehatan.
Makanan yang haram itu ada dua; yaitu pertama, esensinya memang diharamkan seperti: babi, bangkai, darah dan lain-lain. Kedua cara memperolehnya, seperti mencuri, merampok, riba dan lain-lain.
Kenyataannya, makanan yang halal itu lebih banyak daripada yang diharamkan. Pada dasarnya semua makanan halal kecuali ada petunjuk yang mengharamkannya. Memakan makanan yang hanya halal adalah bentuk keimanan seseorang, karena hal itu adalah perintah Allah SWT untuk menghindari barang yang haram.
Sementara, makanan yang halal itu lebih baik dan menyehatkan. Sedangkan yang haram itu adalah tidak baik. Allah SWT berfirman: “Dan menghalalkan bagi mereka
segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk”. (QS. Al-A’raf: 157).
Ayat ini menunjukkan makanan haram itu biasanya yang buruk. Contoh misalnya, alkohol, babi, darah dan lain-lain.
Tidah hanya itu, ternyata kita diperintah untuk memakan yang halal lagi bergizi. Kata Thayyib dalam ayat al-Qur’an di atas adalah yang baik, dalam arti yang memiliki manfaat bagi tubuh. Tidak sekedar halal. Sebab, ternyata saat ini pun terdapat makanan halal akan tetapi ia tidak bagus atau tidak memberi manfaat untuk kesehatan. Makanan yang bermutu di sini dianjurkan agar seseorang itu menjadi kuat tidak lemah. Sehingga lebih bersemangat dalam beribadah.
Makanya dalam Islam, tidak diperkenankan menggunakan bahan-bahan pengawet yang tidak mendukung kesehatan manusia. Sebab itu akan mengurangi kualitas kesehatan makanan tersebut. Pilihlah makanan yang bergizi, memiliki mutu kesehatan. Sebab itu menguatkan tubuh. Jika tubuh kuat, maka kita mampu menunaikan semua kewajiban dengan sempurna. Tidak sekedar bergizi dan bermutu, akan tetapi juga halal. Cara mendapatkannya pun harus dengan cara yang halal. Inilah cara sehat secara Islami. Menyehatkan rohani menguatkan jasmani.




08 Dec 2010
Karena Engkau Tulang Rusukku

Sebuah senja yang sempurna, sepotong donat, dan lagu cinta yanglembut.
Adakah yang lebih indah dari itu, bagi sepasang manusia yang memadu kasih?
Galih dan Ratna duduk di punggung senja itu, berpotong percakapan lewat, beratus tawa timpas, lalu Ratna pun memulai meminta kepastian. ya, tentang cinta.

Ratna : Siapa yang paling kamu cintai di dunia ini?
Galih : Kamu dong?
Ratna : Menurut kamu, aku ini siapa?
Galih : (Berpikir sejenak, lalu menatap Ratna dengan pasti) Kamu tulang rusukku! Ada tertulis, Tuhan melihat bahwa Adam kesepian. Saat Adam tidur, Tuhan mengambil rusuk dari Adam dan menciptakan Hawa.
Semua pria mencari tulang rusuknya yang hilang dan saat menemukan wanita untuknya, tidak lagi merasakan sakit di hati."

Setelah menikah, Ratna dan Galih mengalami masa yang indah dan manis untuk sesaat.
Setelah itu, pasangan muda ini mulai tenggelam dalam kesibukan masing-masing dan kepenatan hidup yang kain mendera.
Hidup mereka menjadi membosankan.

Kenyataan hidup yang kejam membuat mereka mulai menyisihkan impian dan cinta satu sama lain.
Mereka mulai bertengkar dan pertengkaran itu mulai menjadi semakin panas. Pada suatu hari, pada
akhir sebuah pertengkaran,
Ratna lari keluar rumah. Saat tiba di seberang jalan,
dia berteriak,
"Kamu nggak cinta lagi sama aku!"Galih sangat membenci ketidakdewasaan
Ratna dan secara spontan balik berteriak, "Aku menyesal kita menikah!
Kamu ternyata bukan tulang rusukku!"

Tiba-tiba Ratna menjadi terdiam , berdiri terpaku untuk beberapa saat.
Matanya basah. Ia menatap Galih, seakan tak percaya pada apa yang telah
dia dengar. Galih menyesal akan apa yang sudah dia ucapkan.
Tetapi seperti air yang telah tertumpah, ucapan itu tidak mungkin untuk diambil kembali.

Dengan berlinang air mata, Ratna kembali ke rumah dan mengambil barang-barangnya, bertekad untuk berpisah.
"Kalau aku bukan tulang rusukmu, biarkan aku pergi. Biarkan kita berpisah dan mencari pasangan sejati masing-masing."

Lima tahun berlalu. Galih tidak menikah lagi, tetapi berusaha mencari tahu akan kehidupan Ratna .

Ratna pernah ke luar negeri, menikah dengan orang asing, bercerai, dan kini kembali ke kota semula.
Dan Galih yang tahu semua informasi tentang Ratna , merasa kecewa, karena dia tak pernah diberi
kesempatan untukkembali, Ratna tak menunggunya.

Dan di tengah malam yang sunyi, saat Galih meminum kopinya, ia merasakan ada yang sakit di dadanya. Tapi dia tidak sanggup mengakui bahwa dia merindukan Ratna .

Suatu hari, mereka akhirnya kembali bertemu.
Di airport, di tempat ketika banyak terjadi pertemuan dan perpisahan,mereka dipisahkan hanya oleh sebuah dinding pembatas, mata mereka tak saling mau lepas.

Galih : Apa kabar?
Ratna : Baik... ngg.., apakah kamu sudah menemukan rusukmu yang hilang?
Galih : Belum.
Ratna : Aku terbang ke Manado dengan penerbangan berikut.
Galih : Aku akan kembali 2 minggu lagi.

Telepon aku kalau kamu sempat.
Kamu tahu nomor telepon kita, belum ada yang berubah.
Tidak akan ada yang berubah.
Ratna tersenyum manis, lalu berlalu."Selamat tinggal, ….. bye...."

Seminggu kemudian, Galih mendengar bahwa Ratna mengalami kecelakaan lalu lintas dan meninggal dunia.
Malam itu, sekali lagi, Galih mereguk kopinya dan kembali merasakan sakit di dadanya.
Akhirnya dia sadar bahwa sakit itu adalah karena Ratna ,
tulang rusuknya sendiri, yang telah dengan bodohnya dia patahkan.

Sahabatku,
Kisah di atas yang saya terima via email beberapa waktu yang lalu merupakan kisah saduran dari luar negeri. Saya mencoba merubah nama dan tempat agar lebih Indonesia.

Sahabatku, ada beberapa hal yang bias diambil, antara lain adalah memang menurut Islam dan Agama Kristen menurut saya, wanita diciptakan dari tulang rusuk pria.

Dalam Islam ada hadist shahih, dimana diriwayatkan Rasulullah SAW. Prnah bersabda, "Nasihatilah perempuan, karena mereka diciptakan dari tulang rusuk. Dan tulang rusuk paling bengkok adalah bagian paling atas. Jika kau luruskan dengan paksa, ia akan patah. Dan jika kau biarkan, ia akan tetap bengkok. Karenanya, nasihatilah perempuan." (Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, Tirmidzi, dan Ibnu Majah).

Banyak penafsiran tentang makna hadist di atas menurut para Ahli Hadist, tapi saya cenderung memilih penafsiran dari Prof Ali Mustafa Yakub, dimana wanita itu diciptakan seperti sifatnya tulang rusuk lelaki. "Jadi sifatnya saja. Sifat dari tulang rusuk itu bengkok, gampang patah.

Saya tidak memperpanjang hadist tersebut.

Sahabatku, hikmah yang lain dari kisah di atas adalahm bahwa kadang kala kita melampiaskan 99% kemarahan justru kepada orang yang paling kita cintai. Marah kepada istri/suami dan akibatnya sering kali fatal.

Seringkali penyesalan itu datang belakangan akibatnya setelah kita menyadari kesalahan kita, semua sudah terlambat.

Karena itu jangan anda mudah marah kecuali jika memang itu sangat perlu. Jagalah dan sayangilah orang yang Anda cintai dengan segenap hati anda¿,
Sebelum Anda mengucapkan sesuatu berpikirlah dulu,apakah kata-kata yang Anda ucapkan akan menyakiti orang yang Anda cintai?
Kalau iya sebaiknya jangan Anda ucapkan. Karena akan semakin besar resiko Anda kehilangan orang –orang yang Anda cintai. Jadi sebaiknya berpikirlah dahulu, apakah kata-kata yang akan Anda ucapkan sebanding dengan akibat yang akan Anda terima?¿

Sahabatku,
Lebih dari 1400 tahun lalu, Rasulullah sangat melarang kita marah-marah.

Dalam hadist diriwayatkan Rasulullah saw pernah bersabda, “Paling dekat dengan aku kedudukannya pada hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya dan sebaik-baik kamu ialah yang paling baik terhadap keluarganya. (HR. Ar-Ridha)

Dalam hadist lain, Rasulullah bersabda:”Seorang mukmin (orang beriman) bukanlah pengumpat, pengutuk, berkata keji atau berkata busuk”. (HR. Bukhari dan Al Hakim)

Dari hadits di atas jelaslah seorang yang pemarah bukanlah orang Islam dan juga bukan orang beriman karena orang-orang takut mendekat dan kena marah olehnya.

Ketika marah pun, Rasulullah saw mengajarkan kepada kita agar bisa menahan diri.

Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Orang kuat itu bukanlah orang yang menang bergulat, tetapi orang kuat ialah orang yang dapat menahan dirinya ketika marah.” Muttafaq Alaihi.

Dikisahkan bahwa ada seseorang berkata: Wahai Rasulullah, berilah aku nasehat. Beliau bersabda: “Jangan marah.” Lalu orang itu mengulangi beberapa kali, dan beliau bersabda: “Jangan marah.” (Riwayat Bukhari).

Wallahualam bissawab..




11 NOV 2010
Lihatlah Kedalam DiriMu

Jika engkau ingin mengetahui kedudukanmu Disisi ALLAH تعالى,
maka perhatikanlah bagaimana Kedudukan ALLAH pada dirimu…

Lihatlah kekuatan hubungan nuranimu (sirr) DenganNYA,
perhatianmu pada hal-hal yang DiredhaiNYA,
kebencianmu pada segala sesuatu yang DimurkaiNYA,
bantuanmu pada hamba-hambaNYA
dan usahamu untuk menjauhi makhlukNYA yang buruk.
Inilah cara untuk mengetahui kedudukanmu Disisi ALLAH…

Janganlah engkau ukur kedudukanmu
atau kedudukan orang lain Disisi ALLAH
dengan amal-amal lahiriah…

Amal-amal lahiriah tidak dapat dijadikan pedoman,
sebab orang baik dan jahat juga mengamalkannya.


Resep Menepis Bosan Pada Pasangan Muslim

Bosan tak jarang muncul dalam kehidupan berumah tangga Muslim. Mengikuti sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah cara mujarab

www.hidayatulla.com--Bagi pasangan yang baru saja mengayuh biduk rumah tangga, mungkin perasaan bosan belum menjangkiti hati. Masih banyak pemakluman yang disematkan. Masih banyak toleransi yang direntangkan, manakala melihat pasangan melakukan hal-hal yang tidak berkenan. Kita pun masih tersenyum, manakala ia datang membawa sesuatu yang membuat kita lupa akan tingkahnya yang menjengkelkan.

Namun, bagaimana bila seiring dengan berjalannya waktu, pemakluman itu tak lagi ada? Kata-kata yang diucapkannya pun tak lagi menjadi penawar atas gundah yang berkecamuk di hati. Lisannya justru menjadi pemicu akan kemarahan yang sudah lama bertumpuk. Kehadirannya justru menjadi pemandangan yang menyebalkan. Akhirnya, pertemuan demi pertemuan hanyalah sebuah rutinitas karena memang tidak ada tempat pulang yang ‘harusnya’ kecuali rumah. Akhirnya, hanya ada satu kata yang mengemuka: bosan!

Sejatinya, bosan merupakan akibat yang muncul dari permasalahan yang selalu datang berulang tetapi tidak kunjung menemui penyelesaian yang tuntas. Ada baiknya, kita tidak perlu terlalu fokus pada kejenuhan yang dirasakan, tetapi justru berusaha menyelesaikan permasalahan yang menjadi biang keladi.

Putuskan dalam Hati

Berupaya menemukan jalan keluar dari permasalahan yang berlarut-larut memang bukan perkara mudah. Kadang, kita terlanjur menarik kesimpulan sendiri akan jawaban atau sikap yang akan dihadirkan pasangan. Tentunya, ini bukanlah penyikapan terhadap masalah yang baik. Membiarkan diri kita selalu mendengar ungkapan negatif versi perasaan kita sendiri, akan menyeret kita pada suasana hati yang buruk dan penuh prasangka.

Cobalah sesekali untuk memberi ruang bagi jawaban atau sikap pasangan. Karena, untuk merasa bahagia, bingung, kecewa, sedih, marah bahkan jenuh adalah masalah keputusan yang dibuat dalam hati kita sendiri. Bila kita memutuskan untuk melapangkan dada, mendengar jawaban atau menyaksikan sikap yang ditampakkan oleh pasangan, maka kita pun tidak akan merasa kecewa atau marah terhadap respon yang diberikan olehnya. Bahkan, bila kita telah memutuskan untuk menemukan jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi, bukan mustahil, Allah Subhanahu wa Ta’ ala (SWT) akan memudahkan jalan keluarnya.

Kita adalah apa yang kita pikirkan. Bila kita berpikir bahwa masalah itu sudah berurat-akar dan tak dapat diselesaikan, maka akan seperti itu pulalah keadaan hubungan kita dengan pasangan. Penuh rasa kecewa, bosan, dan terperangkap pada rutinitas kewajiban. Itulah sebabnya, hindari membiarkan perasaan kita menjadi sesuatu yang sulit dipahami oleh Anda dan pasangan. Buatlah keputusan bahwa masalah kita akan berakhir dengan baik dan mendatangkan kebahagiaan.

Bosan pun bisa dihindari dengan tindakan yang kita ambil. Aktivitas yang monoton dengan lawan interaksi yang tak berubah, sangat potensial untuk memicu kejenuhan. Karena itu, interaksi yang saling mengisi, mengerti, dan dikemas dalam pola yang baru, diharapkan mampu menjadi jurus yang ampuh untuk mengimbangi kecenderungan merasa jenuh. Artinya, dalam keseharian, perlu adanya inisiatif dari masing-masing pihak untuk mengatasi pemicu kebosanan dengan rasa saling mengisi.

Mencoba Mengerti

Inisitiaf ini tentu tak akan muncul, bila tidak didasari oleh terbangunnya rasa pengertian di antara pasangan. Masalah pun akan terlihat lebih jelas, bila kedua belah pihak mau sejenak berhenti menomorsatukan perasaan masing-masing dan mengerti apa yang dirasakan oleh pasangannya.

Terkadang, kita adalah orang yang sangat membutuhkan pengertian. Hidup bersama orang yang tidak mau mengerti kita, tentu hidup akan terasa tidak masuk akal. Apapun yang kita lakukan adalah kesalahan. Dengan adanya pasangan yang senantiasa berusaha mengerti dan mengisi, kita akan merasa ditemani. Selain itu, merasa bahwa apa yang kita lakukan juga dapat membahagiakan orang lain.

Begitu pula sebaliknya, apa yang dirasakan suami atau isteri kita. Bila kita berusaha memahami bahwa apa yang dilakukannya adalah untuk memberikan yang terbaik, tentu ia akan bersemangat dan berusaha melakukan hal yang baik itu menjadi lebih baik. Inilah yang akan menghindarkan kehidupan berumahtangga dari kejenuhan.

Cobalah kita cermati sejenak, tindakan yang diambil oleh Rasulullah SAW saat menemani Aisyah RA. Saat itu Aisyah RA melakukan hal yang bagi sebagian orang mungkin tidak masuk akal dan kekanakkan.

Aisyah RA berkata, "Demi Allah, aku pernah melihat Rasulullah SAW berada di pintu kamarku, sedangkan saat itu di dalam masjid ada beberapa orang Habsyi (Abyssinia) yang sedang bermain tombak. Rasulullah SAW pun kemudian menutupiku dengan selendangnya agar aku tidak terlihat oleh orang banyak, tapi aku dapat melihat permainan mereka. Aku sandarkan wajahku di antara bahu dan telinga beliau dengan menempel di pipi beliau, kemudian beliau bersabda, “Wahai Aisyah, apakah engkau sudah puas?” Aku menjawab, “Belum.” Dan aku tetap melihat permainan itu dari tempatku berdiri sampai aku merasa puas."

Dalam riwayat lain disebutkan, "Beliau tetap berdiri karena menemaniku (Aisyah) melihat permainan itu hingga aku puas, lalu aku pergi meninggalkan permainan itu, maka perkirakanlah dengan perkiraan wanita remaja yang masih senang melihat permainan." (Riwayat Bukhari dan Muslim).

Agar istrinya mendapatkan hiburan dan merasa senang, Rasulullah SAW tak merasa rugi meluangkan waktu sejenak untuk menemani Aisyah RA melakukan sesuatu yang mungkin bagi sebagian orang “sudah lewat masanya”. Nah, agar Anda dan pasangan tak dihantui rasa bosan, bagaimana jika bersama-sama melakukan hal yang tidak biasa?

Rasulullah SAW dalam berbagai Hadits yang masyhur menggambarkan betapa beliau sangat menjaga mood isteri-isterinya. Beliau senantiasa melakukan hal-hal kecil yang membuat rumahtangga beliau selalu terlihat cerah setiap harinya. Siapa pun tak akan mampu menyembunyikan rasa ketersanjungan manakala diperlakukan laksana Rasulullah SAW memperlakukan Shafiyah binti Huyay. Dengan lembut, Rasulullah SAW menyediakan pahanya untuk dijadikan injakan Shafiyah, saat isteri beliau tersebut hendak menaiki kuda tunggangannya. Jadi, meskipun Anda tahu bahwa suami Anda bisa merapikan jenggotnya sendiri atau isteri Anda bisa membuka pintu mobil sendiri, apa salahnya jika suatu saat Anda yang melakukan hal tersebut untuknya?

Nah, bila rasa bosan sudah mulai menghinggapi denyut keseharian Anda dan pasangan, marilah bersama kembali pada sunnah Rasul-Nya. Yaitu sunnah untuk mendengarkan apapun yang disampaikannya, berprasangka baik, berinsiatif untuk melakukan hal-hal yang membuatnya gembira, dan menjadikannya satu-satunya yang terbaik di hati Anda.

Dan jangan lupa, perhatian dan tindakan Anda yang membuatnya merasa paling istimewa, tentu akan membuatnya menjadikan Anda pun orang yang diistimewakannya, setiap saat. [Kartika, ibu rumah tangga tinggal di Jakarta.


ReadMore...

Share